[ad_1]
Gerakan Indonesia Berdoa dilakukan secara virtual. Pesertanya beragam. Mulai pejabat, tenaga kesehatan, hingga pasien Covid-19 yang sedang dirawat di rumah sakit. Gerakan itu merupakan upaya batin penanganan kasus korona di Indonesia. Terlebih pada masa darurat seperti sekarang.
WAHYU ZANUAR BUSTOMI, Surabaya
GERBANG luar Masjid Al Akbar memang ditutup. Begitu pula pintu menuju area utama tempat salat. Aktivitas masyarakat di sana pun ditiadakan. Sunyi dan sepi. Semuanya harus steril.
Namun, ada yang berbeda di bagian area utama tempat jamaah. Dua kamera dan lighting dipasang. Begitu pun layar berukuran 20 inci. Sekilas mirip studio mini. Tepat pukul 10.00 WIB, suasana hening berubah. Tiga, dua, satu, hitungan mundur berbunyi dari handie-talkie (HT). Kode itu persiapan menuju live streaming. Tak lama, lantunan salawat dari belasan marbot dan ustadah memecah kesunyian. Penuh haru. Tak sedikit peserta yang matanya mulai memerah.
Begitu juga peserta yang mengikuti live streaming dari rumah. Terutama pasien Covid-19 yang sedang berjuang mendapatkan kesembuhan. Mereka bergabung melalui Zoom. Ada yang dari rumah hingga rumah sakit. Tampilan layar para peserta beragam. Beberapa di antaranya berlatar tabung oksigen di belakangnya.
Tabung itu merupakan antisipasi apabila kondisi memburuk. Terlebih bagi pasien yang isolasi mandiri di rumah. Sebelum sesi doa dan ceramah dimulai, dialog langsung dengan ratusan peserta dilakukan. Termasuk dengan pasien Covid-19. Beberapa di antaranya harus menahan tangis. Mereka berharap situasi genting ini segera berakhir.
Salah satunya Teguh Wicaksono. Warga Surabaya itu sengaja ikut live streaming. Tujuannya meminta doa untuk kesembuhannya. Sebab, sekarang dia terpapar virus tersebut. Melalui layar Zoom, Teguh berharap kegiatan itu dilakukan tidak hanya saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.
Acara memang sengaja dibuat interaktif. Meskipun semua dikemas secara virtual. Peserta pun bebas menyampaikan dialoag. Termasuk request doa. Mereka tinggal mengakses link ttps://www.masjidalakbar.or.id/indonesiaberdoa/. ’’Mereka bisa request doa untuk siapa, tinggal chat admin,’’ kata humas Masjid Al Akbar Helmy M. Noor Senin (5/7).
Baca Juga: Dana untuk Atasi Covid-19, Pemkot Surabaya Tunda Proyek Infrastruktur
Bukan hanya untuk kesembuhan mereka yang terpapar korona. Gerakan Indonesia Berdoa juga mendoakan pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Karena itu, setiap hari ada puluhan keluarga korban Covid-19 yang ikut live streaming.
Doa juga ditujukan untuk para tenaga medis, aparat keamanan, dan siapa saja yang terlibat dalam penanganan Covid-19. Termasuk para pemangku kebijakan. Gerakan itu sengaja dibuat sebagai upaya ikhtiar batin.
Saat ini jumlah yang terpapar korona terus bertambah. Begitu pula kabar duka yang setiap hari selalu ada. Sementara itu, PPKM darurat membuat aktivitas keagamaan dibatasi. Masjid ditutup. Salat Jumat dibatasi. Salah satunya terjadi di Masjid Al Akbar.
Ibaratnya, aktivitas di masjid memang stop untuk umum. Namun, rohnya tidak boleh berhenti. Menurut Helmy, Al Akbar sekarang memang sepi. Taat aturan PPKM darurat. Tapi, kegiatan kerohanian tidak boleh berhenti. Tentunya wajib taat prokes ketat. Tidak ada kerumunan. Pesertanya hanya dari internal. Semuanya dilakukan virtual.
Selain melalui Zoom, kegiatan doa bersama untuk Indonesia juga live streaming di medsos Al Akbar dan di-delay di ratusan YouTube milik Asosiasi YouTuber Santri Indonesia (AYSi) sehingga bisa menjangkau seluruh Indonesia.
Menurut Helmy, acara kemarin diikuti 285 pasien Covid-19 dari ruang isolasi. Juga 56 keluarga almarhum atau almarhumah korban korona dari berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan itu dilakukan setiap hari selama PPKM darurat. Tepatnya pukul 10.00–11.00 WIB.
Menurut dia, pandemi adalah cara Tuhan memupuk rasa keimanan hamba-Nya. Karena itu, tidak ada alasan untuk justru jauh dari Tuhan. Ikhtiar batin semacam itu seharusnya terus dilakukan. Kalau bisa dimasifkan. Sebab, banyak warga yang butuh bimbingan seperti itu.
Meski baru berlangsung Sabtu kemarin, peserta yang bergabung sangat banyak. Mereka tidak hanya berasal dari Jatim atau Pulau Jawa. Melainkan banyak juga yang dari luar pulau. Misalnya, Kalimantan dan Sumatera.
Acara tersebut dibuka langsung oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Dalam beberapa kesempatan, banyak juga pejabat yang hadir. Di antaranya, bupati. Mereka diberi waktu untuk memaparkan ikhtiarnya dalam penanganan Covid-19. ’’Bebas, siapa saja boleh hadir dan berbicara,’’ kata Helmy.
Baca Juga: SE PPKM Darurat di Surabaya: Pendidikan Daring, Tempat Ibadah Tutup
Saat pandemi, bukan hanya ruang gerak yang terbatas. Melainkan juga aktivitas beribadah. Beruntung, kini ada kemajuan digitalisasi. Keterbatasan ruang bukan masalah besar. Semuanya bisa saling mendekatkan. Baik antarsesama maupun dengan Sang Maha. Semoga pandemi segera berakhir.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!