[ad_1]
Juan Carlo Vieri sudah lama menyukai bidang informatika. Namun, baru tahun ini dia ikut ajang Asia Pacific Informatics Olympiad (APIO). Ternyata, dia berhasil meraih medali perak meski baru pertama mencoba.
MARIYAMA DINA, Surabaya
DUNIA coding mewarnai kehidupan Juan sejak kecil. Sebab, sang ayah dan kakak-kakaknya juga terjun di dunia tersebut. Hal itulah yang memicu rasa penasaran Juan untuk mengenal dunia teknologi informasi (TI). Padahal awalnya, remaja 15 tahun itu hanya ingin mencoba coding karena kelihatan keren.
”Ternyata, pas nyoba susah sekali. Tapi seneng,” ceritanya saat ditemui secara virtual Minggu (20/6). Dari situ, banyak sekali hal yang dilatih agar bisa sehebat ayah dan kakaknya. Hingga sampailah dia pada Kompetisi Sains Nasional (KSN) tahun lalu. Di ajang penyisihan sebelum masuk ke ajang APIO itu, Juan berhasil meraih medali emas pada Oktober 2020.
Itu adalah medali emas pertama Juan di ajang KSN yang juga baru pertama diikutinya. Ajang di bidang informatika itu memang baru bisa diikuti saat dirinya masuk bangku SMA.
Sebab, tak ada event tersebut untuk tingkat SMP. Berhasil meraih medali emas, Juan pun lanjut ke ajang APIO pada 2021 ini. Sayangnya, di APIO dirinya harus berhenti dengan medali perak.
Namun, Juan menjadi satu-satunya peraih medali termuda yang mengikuti ajang APIO 2021. ”Soalnya, rata-rata yang ikut sudah kelas XI sama XII. Dan mereka juga rata-rata sudah pernah ikut ajang ini di tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya. Karena itu, pelatihan soal-soal yang dimiliki para peserta lain otomatis lebih banyak.
Laki-laki yang menempuh pendidikan di SMA IPH East itu pun bertekad bisa meraih emas di APIO tahun depan. Terlebih, dia juga menerima wild card atau bisa dibilang undangan khusus untuk bisa langsung mengikuti pelatnas tahap keempat. ”Nah, kalau menang di APIO itu bakal lanjut di ajang International Olympiad in Informatics (IOI),” jelasnya.
Di ajang APIO, ada beberapa tahap yang disebut pelatnas. Setiap tahapnya akan menjadi seleksi yang ketat. Hingga sampai di tahap ketiga, semua peserta yang lolos otomatis menjadi perwakilan Indonesia di ajang APIO. ”Kalau di APIO ini bisa menang dan dapat nilai bagus, baru lanjut ke IOI sebagai perwakilan Indonesia,” lanjutnya. Karena Juan mendapat wild card, dia bisa langsung masuk ke pelatnas tahap keempat untuk persiapan IOI tahun depan tanpa harus mengulang tahap 1–3 sebelumnya.
Pelajar kelahiran Surabaya, 12 November 2005, itu kemudian bercerita lagi. Meski belum mendapat emas, dia memiliki tip-tip khusus untuk bisa meraih nilai yang bagus dengan waktu yang singkat. ”Ini juga yang masih jadi PR-ku,” ujarnya. Yakni, tidak hanya berfokus pada satu soal untuk mendapat nilai yang sempurna. Tapi, juga mengumpulkan skor-skor yang tidak terlalu banyak dari soal-soal lainnya.
”Ini feedback dari pelatihnya. Katanya, nilai bisa lebih banyak kalau coba dapetin nilai sedikit-sedikit dari soal yang lain. Soalnya, selama ini aku masih fokus satu soal yang nilainya tinggi,” ceritanya. Dari situlah, Juan kini mencoba untuk mengubah cara mengerjakan soal.
Selama ini, persiapan Juan menjelang lomba ternyata cukup ekstrem. Setiap hari dia mengaku menghabiskan delapan jam untuk berlatih soal-soal. Mulai pukul 10 pagi hingga 6 sore. Untuk pembagian waktunya, dia membagi menjadi tiga. Lima jam untuk mengerjakan soal, dua jam untuk pembahasan, dan satu jam untuk break. ”Itu setiap hari, kecuali hari Minggu. Soalnya, kalau enggak setiap hari memang enggak bisa,” terangnya.
Hal itu tentu menyita waktu belajar sekolahnya. Namun, pihak sekolah sangat mendukung akan prestasi yang ingin diraihnya tersebut. Delapan jam berlatih tentu letih. Tapi, Juan ternyata berbeda. Baginya, berlatih soal itu sangat menarik. ”Soalnya kalau udah bisa memecahkan soalnya gitu, rasanya seneng banget. Itu yang bikin terus semangat,” ungkapnya.
Semangat itu diakuinya akan dibawa terus hingga masuk kuliah nanti. Meski target selanjutnya adalah menaklukkan APIO hingga IOI, Juan mengaku tidak ingin berhenti di sana. ”Nanti kalau sudah kuliah, bakal lanjutin ikut kompetisi kayak gitu juga yang tingkat kuliah,” jelasnya.
Usaha dan semangatnya yang tinggi, lanjut Juan, terinspirasi dari kedua kakaknya. ”Dari mereka, aku bisa melihat kalau hasil tidak pernah mengkhianati kerja keras. Tapi, memang semuanya butuh proses,” ujarnya. Juan kembali bercerita bahwa sejak kecil, dirinya sangat sering melihat perjuangan kedua kakaknya dalam mencapai prestasi masing-masing.
Baca Juga: Beda Keluarga, Nama Pewaris Sama, Rebutkan Satu Tanah Warisan
Dia juga bercerita bahwa kakak-kakaknya juga sangat sering memberikan motivasi kepadanya. Terlebih bidang yang disukai mereka juga sama. Yakni, informatika. ”Terus, yang bikin semangat lagi itu karena salah satu kakakku berhasil dapat medali IOI beberapa tahun lalu,” imbuhnya. Dari situlah semangatnya dalam belajar tidak pernah berhenti. Bahkan, dia mulai mencoba coding sejak duduk di bangku kelas VII SMP.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!