[ad_1]
DUA kali sudah perempuan kembar asal Belarus ini menjelajah Indonesia. Dua kali pula mereka tak pernah alpa untuk mampir di Bali.
Berasal dari negeri yang cuma berisi daratan, Bali memberi mereka, Maryia dan Valya Ivanova, apa yang selalu ingin mereka lihat: lautan. ”Meskipun memang di Indonesia lautan ada di mana-mana hahaha,” kata Maryia kepada Jawa Pos melalui WhatsApp.
Kali terakhir mereka ke Bali awal tahun lalu. Hari-hari mereka banyak dihabiskan di pantai meski juga mengunjungi sejumlah destinasi lain yang jauh dari laut. ”Bali menyenangkan, destinasi wisatanya beragam,” ujar perempuan yang berprofesi sebagai pengacara itu.
Kemudian pandemi Covid-19 datang dan semua negara sibuk menutup atau setidaknya membatasi perbatasan masing-masing. Karena itu, begitu mendengar kabar ada kebijakan membuka kawasan wisata zona hijau di Bali, Maryia antusias. ”Mudah-mudahan kami bisa ke sana lagi,” katanya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Rai Suryawijaya juga menyambut baik pembukaan kawasan wisata zona hijau di Bali. Mengingat, 70 persen perekonomian di Pulau Dewata ditopang sektor pariwisata. ”Ini angin segar bagi industri pariwisata, khususnya di Bali. Mudah-mudahan Juni atau paling lambat Juli 2021,” ungkapnya.
Dia berharap wacana pemerintah tersebut bisa meningkatkan okupansi kamar hotel di Bali. Saat ini jumlah kunjungan hanya 2.500–3.000 wisatawan. Padahal, ada 146 ribu kamar hotel yang tersedia.
Rai meminta pemerintah pusat mempercepat vaksinasi di Bali. Dari 4,3 juta penduduk, minimal 70 persen sudah harus divaksin. Dengan begitu, kawasan wisata zona hijau bisa segera terwujud.
Terpisah, Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani mengapresiasi langkah pemerintah. Langkah tersebut merupakan upaya untuk kembali menumbuhkan permintaan (demand) di sektor pariwisata. ”Dengan catatan, asal kita semua disiplin saja. Kan problem sebenarnya kedisiplinan,” ucapnya.
Menurut dia, Bali layak dijadikan pilot project. Sebab, masyarakatnya dianggap lebih disiplin. Selain itu, 70 persen perekonomian Bali ditopang sektor pariwisata. Itu terlihat ketika aktivitas pariwisata mati sepanjang 2020, produk domestik bruto (PDB) Bali terkontraksi 12,28 persen.
Baca juga: Menanti Wisatawan Mancanegara Membanjiri Bali Lagi
Artinya, ada tanggung jawab moral pemerintah daerah setempat untuk mengawasi penerapan protokol kesehatan selama kawasan wisata dibuka. Fasilitas kesehatan juga dinilai sudah memadai. Baik rumah sakit maupun tenaga medis. Begitu pula hotel dan restoran. Jadi, ketika terjadi apa-apa segera tertangani.
Saat kamar rumah sakit penuh, kamar hotel siap dijadikan tempat isolasi. Suplai makanan untuk nutrisi juga sangat mencukupi.
Baca juga: Pakai Travel Bubble Dulu meski Pelaku Wisata Sudah Siap
Di sisi lain, hingga kini frekuensi penerbangan ke Bali masih cukup tinggi sehingga sangat menunjang konektivitas untuk wisatawan. ”Jadi, kalau mau test case, Bali menurut pandangan kami memenuhi unsur-unsur safety dan komersialnya. Meski, menumbuhkan permintaan sangat bergantung pada kepercayaan masyarakat,” jelas Hariyadi.
Saksikan video menarik berikut ini:
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!