[ad_1]
JawaPos.com–Sambut persiapan belajar tatap muka pada Juli, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengajar di SMPN 1 pada Jumat (16/4). Muridnya, gabungan dari berbagai SMP negeri dan swasta di Surabaya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu banyak menjelaskan tentang tata kota. Mulai dari kebersihan lingkungan hingga usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Tidak hanya mengajar, Eri juga berdiskusi dengan pelajar. Misalnya, bertanya soal toko kelontong dan perekonomian kota. Mengenakan batik biru lengkap dengan peci hitam, Eri juga menjelaskan tentang area pasar burung dan sentra akik di Pasar Dolly. Ketika Eri bertanya alamat pasar, Raditya Wardana, siswa kelas VII D SMPN 19 ikut menjawab.
”Lho kamu sering ke pasar burung?” tanya Eri.
”Iya. Ngikutin Bapak,” jawab Radit.
Mendengar itu, Eri bertepuk tangan. Dia kemudian mengajak siswa lain untuk ikut belanja barang UMKM dan datang ke pasar UMKM.
Eri berharap tidak ada lagi saingan tak sehat antar SMP. ”Bukan cuma SMP negeri yang keren. Orang hebat adalah orang yang mengatakan ada orang lain yang lebih hebat dari dirinya. Jangan merasa minder. Harus belajar terus. Ketika merasa minder, harus ditingkatkan lagi belajarnya,” tutur Eri.
Eri berjanji akan mengajak siswa SMP untuk berkeliling UMKM. Dia berpesan kepada kepala Dinas Pendidikan Surabaya untuk merencanakan perjalanan itu. ”Pak Supomo tolong dibikin acara keliling ya. Jadi biar adik-adik tahu taman hutan raya, UMKM, pokoknya apapun yang dimiliki Surabaya,” ujar Eri.
Eri Cahyadi memastikan pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) atau sekolah offline akan dilaksanakan pada Juli. Pihaknya menyiapkan beberapa hal. Misalnya sarana prasarana untuk protokol kesehatan.
”Teknisnya semua guru, semua tenaga kependidikan di sekolah itu harus tervaksinasi. Kalau ada guru yang nggak mau vaksin, dilarang datang ke sekolah,” terang Eri.
Untuk sistem PTM, Eri menyatakan, masih membuat standar operasional prosedur (SOP) dengan Dispendik Surabaya. Namun, dipastikan PTM pada Juli hanya diikuti 25 persen dari total siswa.
”Bertahap dulu. Yang pertama, 25 persen dari jumlah siswa. Kemudian akan dievaluasi. Kalau sudah baik, 50 persen. Dan seterusnya, sampai 100 persen. Semoga pandemi segera berakhir sehingga semua siswa bisa ikut PTM,” kata Eri.
Menurut Eri, tidak menutup kemungkinan bila ada wali murid atau orang tua siswa yang tidak berkenan anaknya mengikuti PTM. Karena itu sekolah daring masih bisa dilakukan.
”Kami tetap akan melayani, anak-anak kita agar semuanya belajar,” ujar Eri.
Maulida Jihan, salah satu siswa dari SMP Wachid Hasyim 1 Surabaya mengaku senang mengikuti kelas tersebut. Gadis berjilbab yang ingin menjadi wali kota itu merasa mendapat inspirasi dan motivasi.
”Kelasnya memotivasi. Saya paling suka kata-kata Pak Eri untuk jangan merasa jadi orang yang paling tinggi. Saya pengen jadi sarjana hukum dan wali kota,” ucap Maulida Jihan.
Siswa kelas 9 itu mengaku senang dengan PTM. Sebab, dia merasa lebih mudah menerima materi pelajaran. ”Terus juga senang ketemu teman-teman,” ujar Maulida Jihan.
Hal senada diungkapkan Rahmat Haidar. Siswa kelas 8 SMPN 1 Surabaya itu mengaku rindu sekolah. Selain rindu teman-teman, dia merasa banyak kendala dalam sekolah online.
”Kalau sekolah online kan harus menyiapkan paket data. Kalau mau tanya, microphone rusak atau error kendala.
Kalau beneran bisa sekolah tatap muka, saya berharap siswa lebih ketat Prokes,” tutur Rahmat.
Saksikan video menarik berikut ini:
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!