[ad_1]
JawaPos.com – ”Lebih enak mana, sekolah di rumah atau di kelas?” ucap Wali Kota Eri Cahyadi ketika menyapa siswa SMP 17 Agustus 1945 yang mengikuti PTM terbatas, Senin (6/9).
Serempak murid menjawab pertanyaan itu. Mereka kompak memilih mengikuti PTM terbatas daripada pembelajaran jarak jauh (PJJ). Beragam alasan disampaikan. Ada yang rindu bertemu teman. Ada juga yang kangen menyapa guru.
Setelah satu tahun lebih, sekolah di Surabaya kembali dibuka. Pemkot menggelar PTM terbatas. Pada tahap awal, 15 SMP menjadi percontohan kebijakan tersebut.
Di SMP 17 Agustus 1945, ada enam kelas yang digunakan PTM terbatas. Satu kelas berisi 11 hingga 12 siswa. Pihak sekolah mengatur jadwal siswa yang masuk.
Senin dan Selasa, siswa kelas VIII serta IX yang masuk sekolah. Khusus presensi ganjil. Hari berikutnya diperuntukkan bagi siswa kelas VIII dan IX yang memiliki presensi genap.
Kepala SMP 17 Agustus 1945 Wiwik Wahyuningsih menjelaskan, sebelum PTM terbatas berjalan, persiapan dilakukan. Sekolah menyiapkan protokol kesehatan (prokes). Juga mendata guru yang komorbid serta siswa yang mendapatkan izin orang tua. ”Sebanyak 87 persen wali murid memberikan izin,’’ jelasnya.
Dari SMP 17 Agustus 1945, Eri bergeser ke lokasi selanjutnya. Motor vespa matik bernopol L 2050 UI digas. Pria 44 tahun itu meluncur ke SDN Airlangga I, Gubeng.
Di SDN Airlangga I ada dua ruang kelas yang dibuka. Satu kelas diisi maksimal 10 murid. Tentunya yang sudah mendapatkan izin orang tua.
Pemantauan terus berlanjut. Eri melihat PTM terbatas di SMP Kristen YBPK 1 serta simulasi di SDN Kaliasin I. Setelah melakukan pemantauan, Eri menjelaskan bahwa PTM terbatas serta simulasi merupakan bentuk ikhtiar pemkot. Mengembalikan pembelajaran sekolah yang sudah satu tahun lebih tidak berjalan.
Di SMPN 42, PTM terbatas belum berjalan. Masih sebatas simulasi. Meski hanya uji coba, prokes ketat diterapkan. Pihak sekolah tak ingin kegiatan itu justu memberikan celah bagi virus korona mengamuk.
Kepala SMPN 42 Nanik Irawati menjelaskan, pihaknya melibatkan siswa dalam mengawasi prokes. Sejak di gerbang, satgas sekolah tangguh itu memelototi pelajar. Memastikan murid mengenakan masker. ”Alhamdulillah berjalan lancar,’’ ucapnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Supomo menjelaskan, sebanyak 99 SMP mendapatkan izin membuka kembali ruang kelas. Perinciannya, 15 sekolah menghelat PTM terbatas. Selebihnya, 84 satuan pendidikan melakukan simulasi. Pada jenjang SD, ada 88 sekolah yang melakukan simulasi. ’’Bertahap agar sekolah mendapatkan gambaran utuh pembelajaran saat pandemi,’’ terangnya.
Jumlah sekolah yang menggelar PTM bisa bertambah. Itu bergantung pada penilaian dispendik. Evaluasi dilakukan setiap hari. Supomo menuturkan, setiap hari sekolah harus mengirimkan video yang berisi rekaman kegiatan pelajar. Mulai siswa masuk, di dalam kelas, hingga pulang sekolah. Dari rekaman itu dispendik melakukan penilaian. ’’Kami juga menerjunkan tim ke sekolah,’’ paparnya.
HARI PERTAMA BELAJAR DI SEKOLAH
– PTM terbatas serta simulasi PTM mulai berjalan.
– Sebanyak 15 SMP menjadi percontohan PTM terbatas.
– Untuk jenjang SMP, 84 sekolah melakukan simulasi.
– Untuk jenjang SD, 88 sekolah melakukan simulasi.
– Dispendik memantau kegiatan PTM terbatas dan simulasi.
– Sekolah diminta mengirim video, petugas dispendik turun ke seluruh sekolah.
– Sekolah yang sudah memenuhi persyaratan bisa mendapatkan rekomendasi menggelar PTM terbatas.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!