Sulap Permukiman Kumuh Jalan Layar Jadi Kampung Kreasi Wisata Edukasi

oleh
oleh

[ad_1]

Jalan Layar RT 4, RW 3, Kelurahan Krembangan Utara, Pabean Cantian, mempunyai wajah baru. Di tangan Edi Retmono dan Santoso, lingkungan kumuh disulap menjadi Kampung Kreasi Wisata Edukasi (KKWS).

SEPTIAN NUR HADI, Surabaya

MATA Edi Retmono tajam mengamati mural bergambar gozila di Jalan Layar, RT 4, RW 3, Minggu (15/8). Sesekali jemarinya mengusap lukisan untuk membersihkan debu yang menempel pada karya seninya. Teriknya sinar matahari tak terlalu dihiraukan. Yang terpenting, seluruh karya tetap dalam kualitas baik.

Edi menjelaskan bahwa dahulu Jalan Layar merupakan lingkungan yang kumuh. Pada malam, gelap gulita. Belum lagi puluhan kandang merpati berdiri di lokasi tersebut. Akibatnya, lingkungan menjadi kumuh dan bau.

’’Kalau malam, jarang orang yang berani lewat sini. Selain angker, dulu di sini bisa dibilang sarang kriminalitas. Seperti judi balap burung hingga transaksi narkoba,’’ kata pria kelahiran Surabaya, 26 Desember 1968, itu.

Kondisi itu membuat batinnya berontak. Dia tak ingin mendiamkan hal tersebut. Edi pun memberanikan diri untuk melakukan penataan wilayah. Awalnya, dia membongkar seluruh kandang merpati. Tetapi, rencananya menuai banyak kendala. Cukup banyak warga yang protes. Khususnya mereka yang kerap bermain judi burung.

Edi tak patah arang. Skenario pun dibuat. Warga Jalan Dapuan itu mencari bukti otentik kriminalitas yang terjadi di lingkungan kerjanya. ’’Menggunakan handphone, saya foto judi burung dan transaksi narkoba. Lalu, aku bilang ke warga kalau lokasi ini (Jalan Layar) lagi diincar polisi. Dan dalam waktu dekat, akan ada penggerebekan,’’ ucap dia.

Edi pun memberitahukan dalam waktu dekat satu per satu orang yang main judi dan beli narkoba di Jalan Layar pasti tertangkap. Jadi, sebelum terlambat, sebaiknya seluruh aksi kriminal dihentikan. Ternyata, strateginya ampuh. Dengan sendirinya orang-orang bermasalah itu mundur teratur.

Tidak lagi ada penolakan. Dibantu oleh warga, seluruh kandang burung merpati berhasil diratakan. ’’Setelah itu, barulah dilanjutkan ke penataan wilayah,’’ ucap dia.

Karena bisa melukis walau masih amatir, Edi membuat mural pada tembok di Jalan Layar. Untuk menyukseskan idenya, Edi mengajak Santoso. Dia merupakan pelukis andal. Pada 1980-an, Santoso sering melukis spanduk film bioskop. Pekerjaan sebagai pelukis terus dijalani Santoso.

Beberapa lukisan tiga dimensi berhasil dibuat. Misalnya, mural gorila, gozila, dan pemandangan alam. Ada juga pegunungan dan suasana pesisir pantai.

Lantaran terkendala biaya, pada pertengahan 2020, programnya harus tersendat. Edi mengaku anggaran penataan wilayah murni hasil swadaya masyarakat. Sehingga belum bisa mencukupi kebutuhan lukis. Misalnya, membeli kuas dan cat. Satu mural memakan biaya ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Agar bisa berjalan, program bank sampah digalakkan. Ketua RW 3 Suntatik meminta seluruh warga mengumpulkan sampah plastik. Setiap bulan sampah yang terkumpul dijual. Hasilnya digunakan untuk menata wilayah. Meskipun uang terkumpul hanya sedikit. ’’Paling (jual plastik) dapat sekitar Rp 75 ribu, tapi lumayan. Walaupun sedikit, berkat bank sampah, programnya bisa terus berjalan,’’ ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, gagasannya dilirik para donatur. Salah satunya Sheyreen Callista Navila, finalis lingkungan tunas hijau 2021. Selain memberikan materi, Sheyreen kerap membantu dalam penataan wilayah. Sheyreen berfokus pada budi daya tumbuhan katuk dan tanaman hias. Alhasil Agustus 2021, penataan wilayah bisa kembali berjalan.

Bersama Santoso, sebanyak 13 mural dibuat. Ratusan tanaman hias yang ditanam menyejukkan Jalan Layar. Minggu (15/8), Jalan Layar resmi ditetapkan sebagai Kampung Kreasi Wisata Edukasi. Peresmian ditandai pemotongan pita oleh Lurah Krembangan Utara Muhammad Wildan.

Wildan merasa bangga atas kreativitas warga RW 3. Secara swadaya, mereka berhasil mengubah lingkungan Jalan Layar menjadi kampung wisata.

Ke depan pembuatan kampung-kampung wisata akan dikembangkan. Untuk mewujudkan itu, pihaknya akan memfasilitasi kebutuhan masyarakat.

Saat ini Edi mengatakan, setiap hari para pengunjung terus berdatangan. Mereka biasa datang pada malam. Tujuan mereka adalah untuk berfoto dengan latar belakang lukisan mural. Agar kegiatan terus berjalan dan lingkungan tetap bersih, para pengunjung diminta untuk membawa sampah botol plastik. 

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tentang Penulis: admin

Gambar Gravatar
Website media INFOMURNI merupakan website resmi yang berbadan hukum, Berisikan berbagai informasi untuk publik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.