[ad_1]
JawaPos.com – Pada masa pandemi, Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus berupaya meningkatkan ekspor. Sektor komoditas menjadi fokus utama lantaran trennya yang sedang meningkat dan banyak diminati oleh negara lain.
Direktur Ekspor Produk Industri dan Pertambangan Kementerian Perdagangan Luther Palimbong mengatakan, Kemendag juga mempercepat keluarnya izin ekspor yang diajukan oleh perusahaan eksportir. Aturan tersebut telah ditandatangani oleh Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi.
“Bapak Menteri sudah menandatangani terkait persetujuan ekspor hanya dalam waktu 8 jam. Ini ada beberapa tapi pendekatannya kepada perusahaan. Jika perusahaan itu baik, bayar royalti dan pajak maka kita berikan kemudahan dalam perizinan hanya dalam 8 jam. Sehingga tidak ada lagi pengusaha yang mengeluh soal perizinan,” ujarnya dalam webinar Mandiri Manufacturing Indonesia Forum 2021, Kamis (15/4).
Luther mengatakan pada 2020 ketika Covid-19 mulai menyebar, neraca ekspor Indonesia hanya turun 2,61 persen. Sejumlah kalangan memprediksi perekonomian Indonesia akan tumbuh mencapai 3,3 persen dan bisa terus meningkat pada tahun ini.
Ekspor Indonesia mengalami tren yang positif dekade terakhir 2020. Ekspor kembali meningkat pada November-Desember, bahkan melebihi di tahun-tahun sebelumnya.
“Sektor yang mengalami kenaikan ekspor terbesar pada 2020 secara nilai adalah besi baja, perhiasan, lemak nabati, dan lain-lain,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, ekonomi global akan meningkat secara signifikan. Ini dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dua negara yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia.
“Ini peluang sangat bagus bagi sumber pertumbuhan industri manufaktur Indonesia kalau kita sangat kompetitif. Beberapa poin positif tadi, kami memperkirakan pertumbuhan Indonesia dari sisi GDP akan kembali ke 3,3 persen dari kontraksi minus 2,93 persen,” jelasnya.
Sementara, Perencana Ahli Madya, Kementerian Perindustrian Mangasi Parsaoran Siahaan, menyebutkan dengan adanya penerapan industri 4.0 diharapkan nantinya kontribusi ekspor terhadap PDB akan meningkat, dan akan sesuai dengan target RPJMN. Bahkan diharapkan bisa mencapai kenaikan lebih dari 30 persen.
“Selama ini dengan biaya yang ada kita harapkan akan ada peningkatan biaya kembali. Biaya yang ada kita gunakan untuk meningkatkan tenaga kerja dan produktivitas. Dari hasil itu kita terapkan ke industri 4.0 dengan output dan input yang ada, kami akan menghasilkan output dua kali lipat,” ucapnya.
Ia menambahkan, meskipun industri manufaktur Indonesia mendapat titik terang setelah pandemi, namun masih ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi, seperti regulasi dan kesiapan sumber daya manusia. Andry Asmoro berharap Indonesia bisa mencontoh Vietnam yang lebih terstruktur dalam mengolah industri manufaktur.
“Dari segi indikator infrastruktur, regulasi, dan kesiapan SDM industri kita bisa dikatakan less productive dibanding negara lainnya. Dari situ kita lebih di bawah dari Vietnam, bagaimana kesiapan mereka dalam memanfaatkan kerja sama perdagangan selama ini. Jadi, kita akan memperbaiki hal-hal tersebut,” pungkasnya.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!