Australia dan Hongkong Stop Vaksin AstraZeneca, RI Lanjut

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Pemerintah diminta lebih waspada dan memantau secara cermat kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) dalam proses vaksinasi AstraZeneca (AZ). Sebab, banyak kejadian di berbagai negara yang menginterupsi proses vaksinasi tersebut.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, kebijakan tiap negara dalam merespons KIPI berbeda.

”Untuk Indonesia, baik kalau menganalisis secara mendalam perkembangan data di luar negeri, yang sudah banyak menyuntikkan vaksin AZ ini. Sesudah analisis, baru dibuat keputusan,” tuturnya kemarin (9/4).

Yoga menyebutkan, pada Kamis malam lalu, Australia dan Hongkong juga telah mengambil langkah terkait kejadian ikutan AZ. ”Hongkong sementara menunda pengiriman vaksin ini,” ucapnya. Dia mengungkapkan, sekitar awal Maret 2021 beberapa negara menghentikan sementara penggunaan vaksin AZ/Oxford dengan alasan kehati-hatian. Langkah itu mereka ambil sesudah adanya laporan penggumpalan darah pada orang-orang yang sudah mendapatkan vaksin.

Kemudian, ada pernyataan dari European Medicines Agency (EMA) dan WHO bahwa vaksin AZ direkomendasikan untuk tetap diberikan. Sehingga beberapa negara yang menghentikan sementara menggunakannya lagi. Namun, ternyata ada beberapa perkembangan baru lagi. Pada 29 Maret 2021 National Advisory Committee on Immunization (NACI) Kanada mengeluarkan rekomendasi bahwa vaksin AZ sementara tidak diberikan kepada mereka yang berusia di bawah 55 tahun. Kanada kemudian menunggu penelitian lebih lanjut tentang terjadinya vaccine-induced prothrombotic immune thrombocytopenia (VIPIT) sesudah penyuntikan vaksin itu.

Tidak berhenti di situ, pada 30 Maret 2021 Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn menyampaikan bahwa pihaknya hanya akan memberikan vaksin AZ kepada mereka yang berusia di atas 60 tahun. ”Tapi tetap diberikan kepada orang-orang yang memang berisiko tinggi tertular dan setuju untuk divaksin. Walau ada kemungkinan kecil terjadinya efek samping,” katanya.

Kanselir Jerman Angela Merkel juga mengonfirmasi hal itu dan mengatakan bahwa program vaksinasi harus diberikan berdasar kepercayaan. Semua risiko efek samping –walau kecil sekalipun– juga harus diberitahukan ke masyarakat.

Pada 7 April 2021 Medicines & Healthcare products Regulatory Agency (MHRA) Inggris mengeluarkan pernyataan bahwa ada kemungkinan hubungan antara vaksin AZ dan kejadian pembekuan darah yang amat jarang terjadi. Sementara itu, badan lain di Inggris, yaitu Joint Committee on Vaccination and Immunisation (JCVI), menyampaikan bahwa sebaiknya orang dewasa di bawah umur 30 tahun yang tidak punya komorbid diberi pilihan alternatif vaksin lain di luar AZ kalau pilihan lain memang tersedia.

Meski demikian, Yoga mengatakan bahwa secara umum, EMA pada 7 April 2021 menyampaikan bahwa vaksin AZ tetap positif dalam analisis benefit-risk. ”Artinya tetap dapat digunakan,” ucapnya.

Kementerian Kesehatan menerbitkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/II/841/2021 tentang informasi mengenai vaksin Covid-19 AstraZeneca. Surat edaran tersebut telah ditetapkan Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr Maxi Rein Rondonuwu pada 6 April lalu dan ditujukan kepada kepala dinas provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Baca juga: WHO Sebut Manfaat Vaksin AstraZeneca Lebih Besar Ketimbang Risikonya

”Dalam surat edaran itu dijelaskan, vaksin Covid-19 AstraZeneca adalah vaksin vektor adenoviral atau rekombinan,” kata Maxi. Maksudnya adalah mengandung virus flu biasa yang telah dimodifikasi sehingga tidak dapat berkembang di dalam tubuh manusia. Namun dapat menimbulkan respons kekebalan terhadap Covid-19.

Saksikan video menarik berikut ini:

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.