Bamsoet Sebut Generasi Z jadi Sasaran Empuk Doktrin Radikalisme

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengajak seluruh generasi muda menjadi garda terdepan dalam menjaga tegaknya Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Konsep ‘kebersamaan dalam keberagaman’ sebagai narasi kebangsaan harus terus menerus diperjuangkan. Tanpa kenal lelah, tanpa kenal batas waktu.

Hal ini diucapkan Bamsoet terkait beberapa aksi teror yang belakangan ini melanda Indonesia, seperti bom bunuh diri di Katedral Makassar, Sulawesi Selatan dan penyerangan Mabes Polri di Jakarta.

“Peristiwa bom bunuh diri di gereja Katedral Makassar jelas mencederai rasa kemanusiaan dan jiwa kebersamaan sebagai sebuah bangsa. Padahal agama apapun, selalu mengajarkan cinta dan kasih, bukan permusuhan dan dendam, apalagi sampai mencelakai diri sendiri. Agama juga mengajarkan, yang tidak saudara dalam seiman, adalah saudara dalam kemanusiaan,” ujar Bamsoet.

Bamsoet melanjutkan, dalam era Revolusi Industri 4.0, big data adalah salah satu sumber daya primer dan jika dimanfaatkan dengan baik maka bisa mendatangkan berbagai manfaat. Ia berharap, para generasi muda, khususnya generasi Z, bisa mewaspadai penyebaran radikalisme melalui berbagai platform media sosial.

Sebagaimana temuan riset Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2020 yang melaporkan potensi generasi Z (rentang usia 14-19 tahun) terpapar radikalisme mencapai 12,7 persen, sementara generasi millenial (berumur 20-39 tahun) mencapai 12,4 persen.

“Gen Z dan milenial menjadi sasaran empuk lantaran mereka sangat aktif mengakses internet dan pengguna aktif berbagai platform media sosial. Sangat penting bagi para pemangku kepentingan untuk masuk dalam dunia digital. Agar media sosial tidak dibajiri paham radikal. Sehingga para pemuda tak tersesat dalam dunia digital,” tandas Bamsoet.

Ia menambahkan, keterlibatan generasi muda dalam aktivitas terorisme juga tidak lepas dari kekecewaan mereka terhadap situasi di sekitar. Baik dari aspek ekonomi, sosial, hingga politik. Serta adanya krisis kepercayaan diri yang membuat mereka merasa tidak berguna bagi lingkungan sekitar.

“Sehingga mudah dibujuk melakukan tindakan bom bunuh diri dengan dalih bisa menjadikan dirinya berguna. Serta jaminan mendapatkan tujuh bidadari dan kehidupan bahagia di akhirat. Padahal semuanya hanyalah fatamorgana,” pungkas Bamsoet.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.