BI Mau Terbitkan Rupiah Digital Karena Khawatir dengan Cryptocurrency

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Bank Indonesia (BI) saat ini sedang mempersiapkan pembuatan mata uang digital atau Central Bank Digutal Currency (CDBC). Menanggapi hal itu, Direktur Center of Economic And Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira berpendapat bahwa rencana tersebut didasari oleh maraknya perdagangan mata yang digital atau cryptocurrency.

“Sepertinya penerbitan rupiah digital didasari pada kekhawatiran maraknya penggunaan cryptocurrency atau uang digital seperti Bitcoin dan Ethereum,” kata Bhima saat dihubungi oleh JawaPos.com, Selasa (1/6).

Bhima mengaku, transkasi kripto saat ini sangat diminati oleh masyarakat dunia. Bahkan, jumlah investor transaksi kripto melebihi investor pasar modal. “Bayangkan nilai transaksi kripto menembus Rp 1,7 triliun per hari dengan jumlah investor melampaui investor di pasar saham,” ungkapnya.

Bhima menuturkan, jika banyak uang yang mengalir ke kripto, maka Bank Sentral tidak memiliki kendali atas kebijakan moneter apapun. Sehingga, kebijakan moneter melalui pengaturan suku bunga acuan pun tidak berpengaruh lagi.

“Tingkat suku bunga BI jadi percuma. Harga Bitcoin naik dan turun, Bank Sentral bisa apa? Sebagai respons itu, maka BI mau menghadirkan rupiah digital,” tuturnya.

Bhima melanjutkan, yang menjadi pertanyaan saat ini terkait dengan kejelasan skema penggunaan mata uang rupiah digital itu sendiri. “Pertanyaanya apakah rupiah digital dijadikan uang transaksi biasa atau ada pasar berjangka seperti bitcoin?” katanya.

Jika hanya transaksi biasa, sepertinya hal ini tidak menarik. Apalagi, penggunaan rupiah terbilang kecil dalam ekspor impor global.

“Lihat kapal yang ekspor barang dari indonesia, 90 persen kapal asing yang hanya mau dibayar dolar. Begitu juga berapa banyak devisa hasil ekspor yang konversi ke rupiah? Sedikit sekali akibat kurang percayanya investor dan pelaku usaha terhadap stabilitas rupiah,” jelasnya.

Akhirnya, Bhima menyimpulkan bahwa rencana BI menerbitkan mata uang rupiah digital sepertinya tidak akan berpengaruh besar terhadap daya ungkit ekonomi. “Saya rasa tidak semudah itu,” pungkasnya.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.