Cegah Mudik, Jasa Marga Siapkan Tujuh Penyekatan Ruas Surabaya–Gempol

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Kegiatan penyekatan untuk mengantisipasi pemudik gelap tidak saja dilakukan di jalan raya. Kebijakan itu juga akan diterapkan di jalan tol. Selain disuruh putar balik, polisi akan menahan angkutan umum yang nekat mengangkut penumpang pada masa larangan mudik.

Jasa Marga telah melakukan rapat koordinasi terkait penyekatan di jalur tol. Di jalan tol Surabaya–Gempol, penyekatan akan dilakukan di tujuh titik. Mulai pintu tol Dupak, Banyu Urip, gerbang tol Satelit, Gunungsari 1, Gunungsari 2, Sidoarjo, hingga Gempol.

General Manager Jasamarga Transjawa Tollroad Representative Office 3 Ruas Surabaya–Gempol Hendri Taufik menjelaskan bahwa penyekatan dilakukan di exit toll. Kegiatan itu akan melibatkan personel kepolisian. ’’Kegiatan dilakukan selama masa larangan mudik, yakni 6–17 Mei. Ini juga dalam rangka mendukung kebijakan pemerintah,” kata Hendri saat ditemui di kantornya, Jumat (30/4).

Menurut dia, persiapan terkait kegiatan penyekatan sudah matang. Termasuk upaya yang akan dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan di dekat pintu keluar. Hendri menjelaskan bahwa Jasa Marga akan mengandalkan CCTV untuk mengawasi antrean di gerbang tol.

Saat ini, kata Hendri, pemerintah memang melarang masyarakat untuk mudik. Namun, kegiatan wisata dengan protokol kesehatan masih diperbolehkan. Oleh karena itu, Jasa Marga tetap memprediksi adanya peningkatan kendaraan di ruas Surabaya–Gempol.

Prediksinya, masih banyak orang yang keluar Surabaya untuk berwisata. Terutama menuju Malang. ’’Meski adanya larangan mudik, kami tetap mengantisipasi lonjakan. Puncak kendaraan menuju Malang kami perkirakan terjadi H-1 Lebaran,” kata Hendri.

Menurut dia, ada 23 ribu kendaraan yang berjalan menuju arah Malang dalam sehari. Jumlahnya diprediksi naik saat H-1 Lebaran. Kenaikannya bisa mencapai 44 persen. Dia memperkirakan, kendaraan yang menuju selatan naik hingga 34 ribu unit.

Hendri menegaskan bahwa tidak ada kendala terkait persiapan Lebaran. Sebab, situasinya tak jauh berbeda dengan tahun lalu. Beberapa aturan di tol masih sama dengan Idul Fitri 2020. Salah satunya terkait dengan pembatasan pengunjung di rest area.

Sementara itu, pemantauan kawasan perbatasan terus diperketat. Tim gabungan turun melakukan pembatasan. Pengendara luar kota yang hendak masuk ke metropolis wajib memenuhi persyaratan. Yaitu, bebas dari virus korona.

Aturan itu sesuai dengan regulasi pemerintah. Yaitu, Surat Edaran (SE) 13/2021 tentang Peniadaan Pulang Kampung. Awal bulan ini, kebijakan itu direvisi. Isinya jauh lebih ketat.

Sebelum larangan mudik berjalan, pemerintah melakukan pengetatan perjalanan. Mengapit aturan larangan mudik. Pembatasan ketat berlaku sejak H-14. Yaitu, mulai 22 April hingga 5 Mei. Ditambah lagi dari 18 Mei hingga 24 Mei. Warga tetap bisa melakukan perjalanan, namun dengan menunjukkan hasil tes PCR dan rapid antigen negatif.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Irvan Wahyudrajad menjelaskan, pihaknya terus melakukan pengawasan. Pengendara yang masuk ke Kota Pahlawan dipelototi. Terutama kendaraan di luar aglomerasi. Yaitu, selain dari Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan (Gerbangkertosusila).

Pengawasan pengendara nonaglomerasi memang diperketat sebagai antisipasi mudik. ’’Karena pemerintah sudah melarang pulang kampung,’’ paparnya.

Di lima titik perbatasan, petugas dishub berjaga. Lokasinya di MERR, bundaran Cito, Suramadu, Osowilangun, serta Karang Pilang. Bagi pemudik yang terjaring di wilayah perbatasan, pemkot sudah menyiapkan solusi. Sama dengan aturan pemerintah, mereka harus menjalani isolasi mandiri selama 5 x 24 jam.

Tempat isolasi yang disiapkan adalah asrama haji. Nah, dari perbatasan, mereka akan diangkut menuju tempat isolasi. ’’Kami menyediakan lima bus,’’ jelasnya.

Dishub memanfaatkan bus sekolah. Selama pandemi, kendaraan itu tidak difungsikan. Sebab, pembelajaran tatap muka (PTM) dilarang.

Di asrama haji, warga luar kota menjalani isolasi. Petugas terus melakukan pemantauan. Pada hari kelima, mereka menjalani uji usap untuk memastikan bebas dari korona.

Selain kawasan perbatasan, pemkot juga mengawasi wilayah perkotaan. Sebab, larangan mudik berimbas pada kepadatan. Tempat wisata, mal, serta taman dipadati warga.

Menurut Irvan, staycation memang menjadi pilihan ketika libur Lebaran. Namun, dishub sudah bersiap. Pemantauan di titik-titik kepadatan dilakukan secara ketat.

Baca Juga: Uji Coba Penyekatan Mudik, Nopol Non-Surabaya Raya Tak Boleh Masuk

Pengawasan itu berlangsung 24 jam. Pemantauan menggunakan CCTV. ’’Kami pelototi kawasan sekitar KBS, Suramadu, serta di tempat perbelanjaan,’’ paparnya.

Dengan kamera pengintai itu, pemkot mendapatkan sejumlah keuntungan. Selain mengawasi kerumunan, CCTV juga berguna memantau kondisi. ’’Bisa juga antisipasi kejahatan. CCTV terhubung ke kepolisian,’’ paparnya.

Saksikan video menarik berikut ini:

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.