INDEF Sebut Larangan Mudik Berpotensi Hambat Pemulihan Ekonomi

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Perbankan nasional optimistis penyaluran kredit masih akan tumbuh sampai akhir 2021. Dua faktor pendukungnya adalah likuiditas yang masih longgar dan suku bunga dasar kredit (SBDK) bank yang turun. Kendati demikian, menumbuhkan kredit di tengah persebaran virus SARS-CoV-2 adalah tantangan yang berat.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menyatakan, perbankan masih sangat selektif menyalurkan pinjaman. Sebab, kebijakan pemerintah yang selalu menjadi acuan strategi mereka berubah-ubah belakangan ini. Contoh yang paling nyata yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi adalah soal larangan mudik.

“Ini membuat optimisme sektor jasa transportasi dan pariwisata menurun. Akibatnya, perbankan bakal menunda ekspansi kredit pada sektor-sektor yang sensitif terhadap kebijakan pemerintah,” terang Bhima kepada Jawa Pos kemarin (23/4). Selain itu, bank mempertimbangkan dengan serius risiko yang akan mereka hadapi.

Sejauh ini, sektor perkebunan dan pertambangan masih menjadi prioritas penyaluran kredit. Bank memanfaatkan momentum kenaikan harga komoditas ekspor. Terutama, kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).
Perbankan relatif akan lebih cepat menyalurkan pinjaman untuk dua sektor tersebut demi meningkatkan performa kredit mereka. Selain faktor sektor usaha, perbankan memandang wilayah sebagai faktor penting lain dalam penyaluran kredit.

Sebab, pemulihan ekonomi mustahil merata dan tidak akan terwujud dalam waktu bersamaan. Kawasan Jabodetabek, menurut Bhima, akan pulih lebih cepat ketimbang wilayah lain.

Prediksi itu juga berkaitan erat dengan larangan mudik. Karena sebagian besar masyarakat akan tertahan di Jabodetabek akibat kebijakan yang berubah, aktivitas perekonomian di ibu kota dan sekitarnya bakal meningkat.

Mereka yang menerima tunjangan hari raya (THR) akan membelanjakan uangnya di kota. Artinya, perputaran uang di daerah yang biasanya selalu meningkat pesat pada hari raya bakal jauh berkurang.

“Daerah yang jadi tujuan mudik, pemulihan ekonominya lambat. Nah, di situ penyaluran kredit akan lebih sedikit dibanding kota-kota besar,” jelas alumnus University Of Bradford itu.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja meramalkan kredit tumbuh 6 persen pada pengujung tahun ini. Itu disebabkan bank yang dia pimpin memiliki likuiditas yang memadai untuk menyalurkan kredit. Dia optimistis akan bisa melayani sebanyak-banyaknya permintaan yang masuk.

“Selama permintaan kreditnya benar, tentu akan dipenuhi sesuai portofolio kredit kami,” kata Jahja dalam jumpa pers virtual pada Kamis (22/4). Meski demikian, Jahja mengakui bahwa pandemi Covid-19 memengaruhi kinerja intermediasi BCA.

SUKU BUNGA DASAR KREDIT (Per Februari 2021)

KOMPONEN

Harga Pokok Dana untuk Kredit (HPDK) : turun 120 bps

Overhead Cost (OHC) : turun 31 bps

Margin Keuntungan : turun 21 bps

JENIS KREDIT

KPR : turun 194 bps menjadi 8,19 persen

Non-KPR : turun 193 bps menjadi 9,25 persen

Korporasi : turun 139 bps menjadi 8,26 persen

Ritel : turun 136 bps menjadi 8,84 persen

Mikro : turun 346 bps menjadi 12,72 persen

Sumber: Bank Indonesia

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.