Kasus COVID-19 Naik, Peru Kembali Lockdown

oleh

[ad_1]

Lima, IDN Times – Pemerintah Peru memustukan untuk kembali memberlakukan lockdown setelah melonjaknya kasus COVID-19 di negaranya. Nantinya penguncian wilayah akan diterapkan di beberapa wilayah yang diketahui memiliki tingkat penularan COVID-19 tertinggi di Peru.

Bahkan peningkatan kasus COVID-19 yang begitu signifikan akhir-akhir ini dan hampir menyebabkan kolapsnya sistem kesehatan di negara Amerika Selatan tersebut.

1. Lockdown akan diberlakukan di 10 wilayah selama dua pekan

Presiden Peru, Francisco Sagasti pada hari Selasa (26/01) malam mengumumkan pemberlakuan kembali lockdown di negaranya. Namun lockdown kali ini tidak diterapkan di seluruh negara, melainkan diberlakukan di sepuluh wilayah, meliputi Ibukota Lima, dan sembilan wilayah bagian tengah Peru, dilansir dari NBC News.

Selain itu, Sagasti juga mengatakan pemberlakukan lockdown kali ini dilakukan selama dua pekan, mulai tanggal 31 Januari dan berakhir pada 14 Februari. Kebijakan kali ini meninstruksikan pekerja untuk bekerja dari rumah, penutupan lini bisnis non vital. Bahkan menutup penerbangan dari Eropa dan Brasil terkait varian baru yang disebut lebih berbahaya.

2. Menipisnya jumlah tempat tidur ICU di seluruh Peru

Melansir dari CNN, kebijakan penguncian wilayah ini dilakukan untuk memperketat peraturan dan mengurangi jumlah kasus infeksi COVID-19. Diketahui bahwa tingginya penularan belakangan ini sebabkan hampir kolapsnya rumah sakit.

Bahkan diketahui sejumlah tempat tidur ICU di sudah hampir seluruhnya terpakai untuk pasien COVID-19. Menurut pejabat di Ombudsman Peru, Alicia Abanto mengatakan apabila,

“Sekitar 1829 dari 1.931 tempat tidur ICU di seluruh penjuru Peru sudah terpakai. Maka hanya tersisa 102 tempat tidur di seluruh negeri dan ini menunjukkan tidak cukup bagi negara dengan 25 wilayah” 

“Beberapa wilayah bahkan sudah tidak memiliki tempat tidur ICU lagi, sedangkan sekitar 16 wilayah hanya punya kurang dari tiga tempat tidur yang tersisa. Wilayah tersebut yang mampu menampung satu juta orang”

Sedangkan Presiden Sagasti sudah menginstruksikan untuk menambah sebanyak 350 tempat tidur ICU dalam dua minggu kedepan.

3. Berencana memulai vaksinasi bulan Februari

Pemerintah Peru juga berencana untuk memulai vaksinasi pada bulan Februari 2021 mendatang setelah datangnya satu juta dosis vaksin Sinopharm. Pasalnya satu bulan lalu Peru sempat menunda uji coba vaksin asal Tiongkok tersebut lantaran terjadi gejala serius yang dialami relawan, dikutip dari Al Jazeera.

Sebelumnya Peru sudah memesan sebanyak 38 juta vaksin COVID-19 Sinopharm asal Tiongkok. Serta sudah menyetujui untuk membeli vaksin AstraZeneca sebanyak 14 juta dosis dan sedang mempertimbangkan pembelian vaksin Rusia, Sputnik V beserta Pfizer/BioNTech.

Hingga Kamis (28/01/2021) jumlah kasus penularan COVID-19 di Peru sudah mencapai 1.113.970 kasus dengan total kematian mencapai 40.272 jiwa.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs idntimes.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.