Mama dan Anak-Anak Sudah Ikhlas, Ayah di Sini ya…

oleh

[ad_1]

Lettu Muhadi adalah kakek favorit para cucu keponakan serta guru menggambar dan melukis yang sabar dan lucu. Kepada seorang kawan, sebelum berangkat berlayar bersama KRI Nanggala, Serka Ruswanto juga sempat berpesan, ”Lurrr… titip keluargaku ya, Lurrr”.

MAYA APRILIANIFIRMA ZUHDI, Sidoarjo-ARIF MASHUDI, Probolinggo

TIAP Lebaran, Lettu (P) Muhadi selalu jadi kakek favorit bagi para cucu keponakan. Mereka berebut minta dipangku prajurit TNI Angkatan Laut itu dan betah bergelayutan dengan bungsu di antara delapan bersaudara tersebut.

Sebab, Muhadi demikian telaten menemani mereka. Pria humoris itu juga selalu punya cara membuat para bocah tersebut tertawa.

”Di keluarga besar, ayah (Muhadi) itu selalu yang paling dikangeni. Ditunggu-tunggu saat Lebaran atau ada momen kumpul-kumpul keluarga,” tutur Nunung Rishandari tentang sang suami kepada Jawa Pos yang menemuinya di rumahnya pada Selasa (4/5).

Di lingkungan tempatnya tinggal di kawasan Perum TNI-AL, Candi, Kabupaten Sidoarjo, dia juga demikian. Muhadi adalah magnet bagi para buyung dan upik. Sebab, pria 49 tahun tersebut merupakan guru menggambar dan melukis yang sabar dan lucu. Muhadi memang sosok serbabisa. Di luar tugasnya sebagai prajurit, ayah dua anak itu piawai melukis, MC (master of ceremony) andal, dan jago mendekorasi.

Nun di Sulawesi Tengah sana, Muhadi dikenal pula sebagai pendiri Saka Bahari Kwartir Cabang Kabupaten Parigi Moutong. Kala itu Muhadi bertugas sebagai komandan pos TNI-AL di tempat tersebut. Berkat bimbingannya, banyak kegiatan kepramukaan yang berjalan sukses. Termasuk membantu Pramuka terlibat dalam kegiatan Pelayaran Nusantara Ke-5 yang diadakan TNI-AL. Dikemas dalam kegiatan Sail Tomini pertama. Selain itu, Muhadi adalah instruktur dan pendiri Parigi Diving Club.

”Ini semua karya suami saya. Foto-foto saat menyelam,” jelas Nunung seraya menunjukkan dinding rumahnya yang penuh foto aktivitas menyelam sang suami. Foto itu diabadikan Muhadi saat menyelam di Parigi. Ada foto ikan nemo yang cantik, penyu berukuran besar, hingga Muhadi yang tengah menyelam di laut yang penuh terumbu karang indah.

BERI DUKUNGAN MORAL: Moti va tor Ayu Kayla memeluk Sri Nurcah yani, istri Serma Anumerta Ruswanto. (Maya Apriliani/Jawa Pos)

Jadi, tak mengherankan ketika ada begitu banyak orang yang merasa kehilangan saat mengetahui Muhadi menjadi 1 di antara 53 kru KRI Nanggala yang gugur seiring dengan tenggelamnya kapal selam tersebut di perairan utara Bali. Sejak kabar kapal buatan Jerman itu hilang kontak pada 21 April lalu sampai ketika Jawa Pos turut melayat ke sana Selasa pekan lalu, orang-orang terus berdatangan ke kediaman almarhum. Bahkan, mantan komandan Muhadi dari luar kota menyempatkan datang untuk menyampaikan rasa dukacita. Sebagian tetangga hadir untuk mengaji. Melantunkan ayat suci di ruang tamu yang dihiasi foto Muhadi dan penghargaan kenaikan pangkat istimewa secara anumerta menjadi seorang kapten.

”Pak Muhadi itu selalu tersenyum saat bertemu dengan siapa saja. Tidak pernah terlihat cemberut,” ucap salah seorang tetangga Muhadi. Bahkan, saat jalan-jalan, Muhadi kerap menyapa orang di jalan. ”Padahal, waktu saya tanya siapa yang disapa, ayah sering bilang tidak tahu,” ujar Nunung, lantas tersenyum.*

Para ibu di lingkungan tempat tinggalnya di kawasan Desa Cangkring, Candi, Kabupaten Sidoarjo, sudah biasa melihat Serka (Bah) Ruswanto turut meriung di tukang sayur untuk belanja. Entah sekadar beli cabai atau keperluan memasak lain.

Di rumah, tiap lepas tugas, prajurit TNI-AL itu juga akan langsung menyingsingkan lengan membantu sang istri, Sri Nurcahyani. Mencuci baju, salah satunya. ”Suami saya itu baik banget. Sama anak-anaknya sayang luar biasa. Apa yang diminta berusaha dipenuhi,” ungkap Sri, ibu dua putra, kepada Jawa Pos di rumahnya.

Tak heran kalau kedua putranya, Zidane Nur Daffa dan Alfino Ziane Adana Putra, begitu lengket dengan Ruswanto. Zidane yang berusia 6 tahun bahkan sudah bercita-cita menjadi tentara seperti sang papa. ”Ingin menjadi perwira TNI-AL. Bertugas di kapal selam juga,” kata Sri.

Mita Sofia Kurnia Viratama juga berharap anak yang kini dikandungnya sekarang bisa menjadi sosok penyayang dan bertanggung jawab seperti sang suami, Sertu (Bah) Yoto Eki Setiawan. Mita ingat betul, menjelang keberangkatan untuk berlayar bersama Nanggala, Yoto juga pamitan dengan mertuanya dan tak lupa mendoakannya cepat sembuh. Menjelang keberangkatan itu juga, pria kelahiran Cilacap, Jawa Tengah, tersebut sibuk mencari kartu keluarga. Setelah ketemu, ditaruhnya berkas tersebut di atas lemari. ”Biar tidak susah kalau mencari berkasnya jika saya tidak pulang,” ujar Mita menirukan jawaban sang suami.

Ada yang menyebut itu sebagai pertanda. Namun, bagi Mita, itu juga bentuk perhatian dan tanggung jawab ayah jabang bayi berusia 5 bulan yang kini berada di kandungannya.

*

Ada belasan kru Nanggala yang tercatat berdomisili di Sidoarjo. Selain Muhadi, Ruswanto, dan Yoto, ada pula Kolonel (P) Harry Setiawan, Mayor (P) Eko Firmanto, Letda (T) Rhesa Tri Utomo Sigar, Letda (P) M. Susanto, Sertu (EKL) Ryan Yogie Pratama, dan Serda (Eko) M. Rusdiansyah R. Yang juga tercatat bermukim di Kota Delta, tetangga Surabaya, adalah Serda (Bah) Bambang P., Serda (Ttu) Lutfi Anang, Serda (Lis) Wawan Hermanto, Serda (Lis) Edi Wibowo, Kelasi Kepala (Eta) Distriyan Andy Prastya, dan Kelasi (Isy) Raditaka Mardyansah.

Kedekatan geografis Sidoarjo dengan Surabaya menjadi salah satu alasan wilayah tersebut didiami banyak prajurit TNI-AL. Ada pula prajurit Matra Laut yang kebetulan berdinas di Surabaya yang tinggal di kota-kota di sekitar Surabaya dan Sidoarjo. Misalnya, Mojokerto, Pasuruan, dan Probolinggo.

Legislator DPRD Kabupaten Probolinggo Reno Handoyo berbincang dengan Eka Umbriya, istri Sertu Anumerta Misnari, yang sedang menggendong Satria Wira Bakti. (Arif Mashudi/Jawa Pos Radar Bromo)

Serda (Eta) Misnari, misalnya, berdomisili di Perum Batas Kota, Probolinggo. Di sana kru Nanggala itu tinggal bersama istri, Eka Umbriya, serta ketiga anaknya yang masih kecil: Satria Dirga Mahardika, 10 tahun; Satria Arta Wira Satya, 7 tahun; dan Satria Wira Bakti Nusantara, 9 bulan.

Misnari merupakan sosok yang sangat taat beribadah. Ibadah sunah seperti puasa Senin-Kamis pun rutin dia lakukan. ”Sempat berpesan juga, nanti anaknya (Satria Dirga Mahardika) saat sudah lulus sekolah (SD) lanjut mondok di pesantren,” ungkap Hasan, sang mertua, kepada Jawa Pos Radar Bromo.

M. Rusdiansyah dan istri juga baru dikaruniai anak. Sri Nurcahyani ingat, dirinya dan suami, Ruswanto, sempat menengok si kecil. ”Waktu itu hanya menyampaikan Senin (19/4) berangkat. Jika lancar, Jumat (23/4) sudah kembali sandar lagi di Surabaya karena latihan (menembak torpedo) itu hari Rabu (21/4),” jelasnya.

Pada Senin pagi itu juga Nunung Rishandari melepas sang suami, Muhadi, berangkat bertugas. ”Berangkat ke Surabaya berboncengan dengan saudara Rhesa (Letda Laut (T) Rhesa Tri Utomo Sigar). Ya, seperti hari biasa,” katanya.

Ternyata itulah momen kebersamaannya yang terakhir bersama ayah dua anaknya tersebut. Sri menyebut, beberapa hari setelah Nanggala hilang kontak dan kemudian dinyatakan tenggelam, seseorang memberitahukan bahwa sang suami ternyata sempat berpesan kepada seorang kawan. ”Lurr… titip keluargaku ya, Lurr,” kata Sri menirukan pesan sang suami yang tak pernah dia sampaikan langsung kepada istri dan anak-anaknya itu. Semacam salam perpisahan. Sebagaimana yang ”disampaikan” Yoto Eki Setyawan dengan menaruh kartu keluarga di tempat yang gampang diingat sang istri sebelum berangkat berlayar.

Dan, di atas perairan utara Bali, lewat tabur bunga yang diadakan TNI-AL, Nunung juga memilih menyampaikan salam perpisahan kepada sang suami yang ”berpatroli selamanya” bersama Nanggala dan kru lainnya. ”Mama dan anak-anak sudah ikhlas. Ayah di sini ya…,” kata Nunung di atas kapal, di tengah laut, di antara para keluarga yang senasib dengannya dan anak-anak dalam keharuan yang tak tepermanai. Selamat jalan, para patriot. Selamat berpatroli. 

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.