[ad_1]
SEKTOR manufaktur sedikit mendapat angin segar di tengah tekanan pandemi. Dua bulan terakhir, tren purchasing managers index (PMI) manufaktur menunjukkan tren positif dan berhasil bertengger di level ekspansif.
Namun, perlu dicermati bahwa hasil tersebut baru menggambarkan kondisi kinerja manufaktur jangka pendek. Itu dipengaruhi oleh ekspektasi pertumbuhan konsumsi masyarakat jangka pendek pula.
Artinya, apakah ini kemudian menggambarkan kegiatan konsumsi riil di masyarakat? Belum tentu. PMI dua bulan terakhir yang sangat positif lebih disebabkan pelaku usaha memproyeksikan bahwa dalam jangka pendek, ada lonjakan konsumsi karena momen Ramadan dan Lebaran. Bisa jadi ekspektasi pelaku usaha itu meleset. Bisa jadi lebih rendah atau sebaliknya bisa lebih tinggi dari perkiraan.
Dalam hal ini, kita harus menunggu dan mengkroscek data lain seperti dari kinerja ritel, kinerja produk sekunder dan tersier, peningkatan inflasi, dan lain-lain. Meski demikian, PMI dalam dua bulan terakhir tetap merupakan hal positif karena setidaknya pada periode tersebut kinerja sektor riil jadi terpacu.
Yang kita harapkan tentu saja ke depan terus positif. Meski, momen Ramadan dan Lebaran sudah lewat. Menggerakkan sektor riil dan konsumsi bisa dilakukan dengan banyak cara. Misalnya, dengan pencairan bansos. Tetapi, itu bukan driver yang sustainable karena bansos sangat terbatas. Efeknya terhadap pergerakan sektor riil juga terbatas.
Menurut hemat kami, yang paling ideal adalah memastikan arus likuiditas yang lancar ke sektor riil melalui pinjaman modal usaha dan penurunan suku bunga. Dengan demikian, sektor riil terpacu untuk beroperasi, kembali berproduksi, dan mempekerjakan masyarakat sehingga daya beli masyarakat juga terangkat dan memicu konsumsi.
Namun, upaya itu tidak bisa sendirian saja. Faktor pengendalian pandemi juga penting untuk memastikan animo dan confidence konsumsi masyarakat tetap tinggi dan betul-betul sukses menggerakkan ekonomi dalam skala yang lebih besar. Karena itu, upaya untuk menggerakkan sektor riil dan konsumsi secara efektif setidaknya harus dilakukan melalui dua cara. Yakni, pengendalian pandemi yang baik di masyarakat dan peningkatan penyaluran likuiditas kepada pelaku usaha sektor riil.
Baca juga: Kebijakan Countercyclical Larangan Mudik
Kalau ingin tren manufaktur positif dalam jangka menengah-panjang untuk recovery, setidaknya dua faktor tersebut harus dilakukan di samping program-program insentif PEN (pemulihan ekonomi nasional) yang sudah diagendakan. Akan jauh lebih baik bila kinerja ekspor dan penerimaan investasi bisa dimaksimalkan. Ekspor dan investasi bisa menjadi driver tambahan yang memicu demand dan kinerja manufaktur nasional. Dengan begitu, PMI bisa terus positif meski momen konsumsi Ramadan dan Lebaran sudah lewat.
*) SHINTA WIDJAJA KAMDANI, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)
**) Disarikan dari wawancara dengan Agfi Sagittian
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!