Menaker: Silaturahmi Itu Baik, Tapi Menghindari Kemuaratan Lebih Utama

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Hari Idul Fitri merupakan hari yang ditunggu oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia. Hari kemenangan setelah melewati sebulan penuh kita beribadah menahan hawa nafsu di bulan Ramadhan.

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah memandang, Lebaran kali ini merupakan lebaran kedua yang masih diselimuti oleh pandemi Covid-19. Namun, perbedaannya sudah menjadi lebih baik dimana angka kasus terpapar sudah melandai dibandingkan Lebaran tahun lalu.

“Kita ini Lebaran kedua dalam masa pandemi. Kalau tahun yang lalu masih dalam masa puncak pandemi sekarang meski masa pandemi tapi kondisi sudah lebih baik. Angka terpapar Covid sudah melandai ini yang kita pertahankan dan ingin Covid benar-benar hilang,” ujarnya kepada JawaPos.com

Menururnya, proses dalam mempertahanan harus ada upaya yang terus dilakukan seperti tetap menjaga protokol kesehatan Covid-19. Ia mengaku, memang momen Lebaran umumnya melakukan silaturahmi yang merupakan tradisi setiap tahun bagi banyak orang. Apalagi, bagi masyarakat yang merupakan seorang perantau jauh dari orang tua dan keluarga.

“Lebaran ini ditunggu-tunggu. Jika sebulan lebih arah lebih banyak dengan Allah dan momen Lebaran mendekatkan sesama dan mendekatkan tali silaturahmi dan orang memanfaatkan betul untuk silaturahmi dengan orang tua . Banyak masyarakat urban yang tidak lagi tinggal oleh orang tua. Momen lebaran tradisi di perantauan untuk silaturahmi,” paparnya.

Namun, kata Ida, berhubung masih dalam Susana pandemi, maka sebaiknya cara kita bersilaturahmi harus disikapi secara bijak. “Tidak mudah memang, ada perasaan yang hilang. Meski silaturahmi dianjurkan oleh agama karena banyak mengandung kebaikan, namun disisi lain kita harus menjauhkan sesuatu dari kerusakan atau kemudaratan,” ungkapnya.

Ida melanjutkan, jangan sampai ketika memaksakan untuk bersilaturahmi dengan keluarga dan sanak saudara ada yang dirugikan dengan kedatangan kita. “Silaturahmi itu baik, namun menghindari adanya sebuah kerusakan lebih diutamakan dibanding mengambil kebaikan,” ucapnya.

Ida sendiri yang biasa melakukan mudik setiap tahun terpaksa melakukan silaturahmi secara virtual. Menurutnya, hal itu merupakan bentuk pengorbanan atas rasa cinta kepada keluarga ditengah pandemi yang belum usai.

“Saya sendiri kebiasaan mudik dilakukan setiap tahun juga pasti mudik. Saya merasakan juga. Tapi pengorbanan sebagai bentuk cinta kita. Memang berat. Silaturahmi itu bisa kita lalukan dengan teknologi sekarang. Tahun lalu silaturahmi lewat video call. Zoom,” tuturnya.

Ida menambahkan, memang Lebaran kali ini berbeda dibandingkan dengan Lebaran dua tahun lalu saat kondisi pandemi belum hadir ditengah-tengah kita. Namun, hal tersebut tidak mengurangi substansi atau makna Idul Fitri sendiri. “Dari sisi substansi tak kehilangan yang berbeda memang susana,” pungkasnya.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.