[ad_1]
Usianya masih belia. Namun, niatnya untuk berbagi telah kuat tertanam. Kalimat itu tampaknya tepat disematkan untuk Aurysia Thea Evelynn Santoso. Remaja 16 tahun tersebut mendirikan lembaga nonprofit di bidang sosial. Tujuannya, menggerakkan pemuda di sekitarnya untuk membantu sesama.
HANAA SEPTIANA, Surabaya
’’ITU Instagram-nya,” papar Aurys Senin (10/5) sambil menautkan profil Instagram lembaga nonprofit yang baru saja didirikannya awal tahun ini. Aurys menamainya Kita buat Mereka.
Lewat organisasi itu, dia ingin mewujudkan visi-misinya untuk membantu sesama. Misalnya, membantu orang tidak mampu dan menggalang dana untuk korban bencana.
Aurys mengajak para pemuda di sekitarnya untuk menggerakkan organisasi itu. Yakni, berpartisipasi aktif pada kegiatan sosial. Misalnya, menjadi relawan di panti asuhan untuk membantu pembelajaran daring Januari lalu.
Belakangan ini, Kita buat Mereka juga membantu komunitas-komunitas lokal di Indonesia. Khususnya yang membutuhkan bantuan di tengah pandemi. Di antaranya, menggalang dana untuk rumah penampungan di NTT saat bencana banjir pada April lalu. Caranya pun tidak biasa. Aurys mengajak pengusaha muda untuk menggalang dana melalui keuntungan bisnisnya.
Misalnya, sebuah bisnis kerajinan tangan ikut program tersebut. Aurys melalui lembaganya akan mempromosikan bisnisnya di media sosial. Pihaknya akan menautkan pesan bahwa bisnis tersebut berpartisipasi dalam penggalangan dana bencana.
’’Jadi, pelanggannya akan tahu bahwa sebagian keuntungan disisihkan untuk donasi,” papar siswa Sekolah Ciputra itu.
Ide mendirikan lembaga nonprofit tersebut diimpikannya sejak kecil. Dimulai kelas V SD. Aurys mendirikan usaha kecil bernama Dream Station. Yakni, sebuah bisnis makanan ringan yang didirikan bersama tiga temannya. Sebagian keuntungannya disisihkan untuk anak-anak penderita kanker. Setelah itu, dia selalu aktif menjadi relawan di berbagai kegiatan sosial.
Menurut dia, langkah itu banyak dipengaruhi lingkungan keluarga dan sekolahnya. Aurys terus didorong untuk berbagi kepada sesama. Dia kerap diajak ke panti asuhan untuk berbagi dan mengajar di sekolah-sekolah kecil. Dari situlah, dia berkeinginan untuk terus berbagi.
Saat pandemi merebak, hati kecilnya pun tergerak. Namun, kebijakan karantina mandiri sempat membatasinya untuk berkegiatan sosial. Dia pun berinisiatif untuk mendirikan sebuah toko online Lovethiella. Toko itu memperjualbelikan inventaris toko-toko yang tutup karena terdampak pandemi.
’’Dari situ, saya bisa buktikan, langkah fisik dibatasi, tapi langkah hati tidak,” ujar remaja yang hobi bermain piano dan harpa itu.
Aurys merasa bahwa berbagi kepada sesama sudah menjadi bagian dari hidupnya. Bahkan, dia ingin berkarier di bidang yang bisa berkontribusi langsung pada kegiatan sosial. Kini, Aurys ingin menginspirasi lebih banyak pemuda untuk membantu sesama. ’’Dari organisasi Kita buat Mereka itu, saya akan mengajak lebih banyak pemuda dari seluruh Indonesia,” kata perempuan kelahiran Singapura, 22 Februari 2005, itu.
Baca Juga: Antisipasi Lonjakan, RS di Surabaya Tambah Fasilitas Isolasi Covid-19
Pembimbing Aurys di Sekolah Ciputra Paulus Himawan Cahya Udadi memberikan komentarnya. Menurut dia, proyek sosial yang dijalankan Aurys tergolong berkelanjutan. Terlebih, Aurys sangat berkomitmen menjalankannya. Dari situ, Aurys dianggap mempelajari banyak hal. Mulai kepedulian, pengelolaan waktu, hingga perencanaan yang matang.
’’Dia telah menunjukkan passion yang besar di bidang sosial,” tandas pria yang menjabat head of art faculty Sekolah Ciputra itu.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!