Merasa Dibohongi, Pengusaha Warkop Akan Buka di Balai Kota Surabaya

oleh

[ad_1]

JawaPos.com–Ancaman dari Paguyuban Warkop Surabaya ke Pemerintah kota (Pemkot) Surabaya akhirnya direspons. Sebelumnya, mereka mengancam akan mendirikan warkop di Balai Kota Surabaya. Paguyuban warkop yang menangani lebih dari 500 tempat itu ditemui Kepala BPB Linmas sekaligus Sekretaris Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Surabaya Irvan Widyanto pada Rabu (9/6). Irvan ditemani dari IDI Surabaya Meivya Isnoviana dan Pembina Pengurus Daerah Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Jawa Timur Estiningtyas Nugraheni.

Dalam pertemuan itu, Pemerintah Kota Surabaya menjelaskan, izin membuka warkop lebih dari jam 22.00 belum bisa dilakukan. Sebab, kasus Covid-19 masih tinggi di Surabaya.

”Terlebih lagi, tetangga kita (Bangkalan) juga sedang banyak pasien. Surabaya banyak rumah sakit penyangga yang turut merawat pasien dari sana. Kalau warkop buka sampai pukul 10 malam, kami khawatir kasus Covid-19 makin tinggi,” tutur Esti kepada anggota paguyuban warkop.

Salah seorang anggota warkop kemudian mengatakan bahwa peredaran Covid-19 tidak mengenal waktu. Artinya, pada siang hari pun masih bisa menular.

”Siang dan malam sama-sama berkeliaran (virus). Terus kenapa cuma malam,” ucap anggota paguyuban.

Perwakilan IDI Surabaya Meivya Isnoviana kemudian menjelaskan mengapa pukul 10 menjadi batas pembukaan. Sebab, bila lebih dari pukul 10 ke atas, upaya penanganan dan pencegahan akan terbatas.

”Nakes kami terbatas. Kalo dilihat potensi ekonomi, perputaran ekonomi malam hari sedikit,” jelas Meivya.

Ditemui usai rapat, para pemilik warkop di Surabaya itu nampak tak puas. Juru Bicara Paguyuban Warkop Miftahul Ulum mengungkapkan, masih belum mendapatkan titik temu dengan Pemkot Surabaya.

”Pertemuan dengan berbagai pihak tadi itu belum ada titik temu. Ya intinya dari pihak pemerintah bilang kalau di Surabaya masih belum memungkinkan untuk dibuka normal kembali. Tapi kita tetap akan memperjuangkan dari teman-teman paguyuban akan memperjuangkan aspirasi dari pemilik warkop atau UMKM yang ada di bawah itu,” ujar Miftahul Ulum, Rabu (9/6).

Merasa tak puas dengan keputusan pemkot, paguyuban warkop dan ratusan pemilik warkop di Surabaya tetap mengancam akan boyongan ke Balai Kota Surabaya.

”Kita akan cari cara lain. Bisa jadi kita akan buka itu warkop-warkop di balai kota. Perjuangan kita belum selesai,” ucap Miftahul Ulum.

Miftahul Ulum bersama para pemilik warkop lain mengaku lelah dengan aturan jam malam di Surabaya. Omset turun drastis hingga lebih dari 50 persen. Bukan hanya warkop yang rugi, dampak juga dirasakan UMKM yang biasanya menitipkan gorengan maupun camilan pelengkap kopi juga rugi.

”Ada mitra yang titip gorengan, kacang, dan kerupuk itu terdampak. Biasanya bisa kirim pagi dan sore sekarang hanya bisa pagi itupun biasanya 20, sekarang hanya 5 atau 10. Warkop turunnya luar biasa, lebih dari 50 persen. Pendapatan kita sangat anjlok. Maka kita perjuangkan supaya bisa normal lagi dan tetap protokol kesehatan,” tutur Miftahul Ulum.

Dia mengaku merasa dibohongi dengan janji Wali Kota Eri Cahyadi beberapa waktu lalu. Wali kota janji normal kembali jika para pemilik warkop mengikuti aturan prokes.

”Kami sudah ada satgas covid mandiri di setiap warkop. Kita akan menuntut hak agar bisa buka normal kembali. Kita sudah mengurangi jumlah kursi kita, misal diwarkop kita ada 15 kursi, kita batasi jadi 7 kuri dan juga ada cuci tangan, dan setiap 5 menit sekali kita ingatkan,” tutur Miftahul Ulum.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.