Suroan tanpa Reogan, Siraman pun Terbatas

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Gunung Kemukus sepi. Hanya petugas kepolisian yang tampak di Petilasan Sri Adji Djojobojo. Air Terjun Sedudo juga ditutup sampai kemarin (9/8).

Sementara itu, di Ponorogo, Bupati Sugiri Sancoko meminta maaf. Sebab, tak ada grebeg Suro yang sudah menjadi ciri khas kabupaten di Jawa Timur tersebut setiap Tahun Baru Islam 1 Muharam atau 1 Sura dalam kalender Jawa kali ini. Artinya, tak akan ada reog, penanda paling terkenal Ponorogo.

”Mohon maaf. Kami tidak bisa menggelar seremoni dan eksplorasi seni pada masa pandemi Covid-19,” kata Sugiri kemarin seperti dilansir Jawa Pos Radar Madiun.

Di ujung timur Jawa Timur, persisnya di kawasan Pantai Pulau Merah, Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kabupaten Banyuwangi, warga memang mengadakan selamatan tumpeng pitu untuk menyambut 1 Sura kemarin. Namun, itu pun secara sederhana mengingat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 masih berlangsung.

KIRIM DOA: Warga menggelar selamatan tumpeng pitu di Pantai Pulau Merah, Dusun Pancer, Desa Sumberangung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi kemarin sore (9/8). (ALI MABRUR FOR JAWA POS RADAR BANYUWANGI)

Seperti dilaporkan Jawa Pos Radar Banyuwangi, tradisi yang diadakan sejak penetapan lokasi wisata Pantai Pulau Merah pada 2013 itu hanya diikuti warga sekitar. Tanpa pengunjung. ”Kami berdoa semoga pandemi Covid-19 ini segera berakhir,” tutur Humas Pokmas Pulau Merah Ali Mabrur.

Yang disebut di atas adalah tempat-tempat yang sebelum pandemi terkenal sebagai jujukan yang ramai dikunjungi saat 1 Sura. Namun, PPKM –yang tadi malam kembali diperpanjang– membuat keramaian itu tak ada lagi. Kalaupun masih ada perayaan, sifatnya sangat terbatas. Misalnya, di Pantai Pulau Merah, Banyuwangi, tadi. Juga, di Air Terjun Sedudo, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

”Besok (hari ini) peserta siraman juga terbatas,” ujar Imam Syafii, juru kunci Air Terjun Sedudo. Tak ada siraman massal yang biasanya diadakan Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Pembatasan jumlah peserta kali ini jelas dimaksudkan untuk mencegah timbulnya kerumunan. ”Siraman akan dilaksanakan pada pukul 17.00 dan tertutup,” jelas Imam kepada Jawa Pos Radar Kediri.

Di Gunung Kemukus, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, peziarah juga tampak segelintir saja kemarin. Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Sragen Yusep Wahyudi menyatakan bahwa acara ritual larap selambu setiap 1 Sura memang tetap diadakan hari ini meski peserta dibatasi.

”Hanya terbatas diikuti petugas dan juru kunci sehingga tidak ada kerumunan. Dimulai besok pagi (pagi ini) pukul 07.00 dan kami laksanakan cepat saja. Kalau bisa, kurang dari satu jam,” terangnya kepada Jawa Pos Radar Solo.

Yusep menegaskan, saat upacara atau ritual, tak diperkenankan ada peziarah. Sosialisasi dilakukan jauh-jauh hari.

Suasana di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, juga terlihat sepi tadi malam. Empat sisi pintu masuk desa dijaga ketat oleh personel linmas, Polri, dan TNI. Penjagaan itu dilakukan karena menjelang 1 Sura ada dua jujukan di Desa Menang yang biasa dijadikan tempat ziarah dan arak-arakan untuk memperingatinya: Sendang Tirta Kamandanu dan Petilasan Sri Adji Djojobojo.

Kabagops Polres Kediri Kompol Didik Warsianto menyebutkan, pihaknya menerjunkan 25 anggota polres dan 15 anggota Polsek Pagu. ”Ritual dilakukan malam ini (tadi malam) dan besok (hari ini). Tertutup dan tidak boleh ada warga dan kerumunan,” jelasnya.

Panitia dan juru kunci makam sudah diimbau agar tak mendatangkan pengunjung. ”Kami berharap masyarakat tak datang karena ritual ini dilaksanakan secara tertutup dan terbatas,” tandas Didik.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.