Tertutup Muntahan Lahar Gunung Anjasmoro

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Ditemani Saiful Hadi dan Nurmala, arkeolog dari balai pelestarian cagar budaya (BPCB), Jawa Pos menyaksikan langsung situs Kumitir pada Senin (30/8). Sampai 2019, fokus pencarian kompleks Kerajaan Wilwatikta itu hanya Trowulan. Kini Kumitir membuka wacana baru bahwa pusat pemerintahan Majapahit lebih luas dari Trowulan. Atau, malah bukan di Trowulan.

Tiga tahun berselang, talut yang ditemukan para pembuat batu bata di Kumitir itu kini sudah lebih terlihat. Panjang struktur bangunan tersebut mencapai 203 meter. Talut yang fungsinya sebagai pembatas area itu melintang dari utara ke selatan.

Tahun lalu, di sisi barat talut ditemukan bangunan setinggi 4 meter. Lokasinya berada di samping makam penduduk. Bangunan itulah yang kemudian diidentifikasi sebagai tempat pendarmaan Mahesa Cempaka alias Mahisa Campaka.

“Temuan yang menarik dari situs Kumitir ini adalah struktur batu andesit di tengah-tengah bangunan,” jelas Mala, sapaan akrab Nurmala. Bebatuan sebesar kepala manusia itu tersusun rapi. Batu-batu tersebut direkatkan dengan tanah liat dan membentuk bangunan berundak. Struktur bebatuan itu dikelilingi susunan batu bata.

Tumpukan batu andesit tak beraturan tersebut, menurut Mala, adalah temuan baru. Di situs-situs sebelumnya di Trowulan, bebatuan itu tidak ditemukan. Apakah struktur tersebut sengaja dibentuk ataukah terbentuk karena faktor alam? Misalnya, letusan gunung berapi.

Pakar geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Amien Widodo sedang menelitinya. Dia berfokus pada fenomena tertutupnya situs Kumitir oleh batu-batu andesit. Dalam penelitiannya, dia menggunakan georadar dan geolistrik. Dugaan awalnya, bebatuan itu terbentuk akibat letusan Gunung Anjasmoro di sisi selatan situs.

“Bukan hanya Kumitir, situs Candi Tikus pun dulu saat ditemukan juga terkubur,” kata Amien. Ketika itu, Candi Tikus yang terletak di sisi barat Kumitir tersebut terkubur sekitar 3 meter. Gunung Anjasmoro dulu adalah gunung api aktif. Kini bagian atas gunung itu krowak besar. Orang-orang Mojokerto menyebut area yang krowak itu sebagai Oro-Oro Ombo.

Mahasiswa Teknik Geofisika ITS Dionisius Alfa Amori Kusuma mengaku menemukan lapisan batu yang mirip muntahan lahar pada situs tersebut. Fenomena itu dia dapati saat meneliti Kumitir sebagai tugas akhir. Penelitian lapangan dia lakukan pada Agustus–September 2020. “Indikasinya endapan lahar dari Gunung Anjasmoro. Ada endapan batuan pasir,” katanya.

Berdasar metode geologi dengan pembacaan citra satelit, diketahui ada aliran lahar menuju utara melalui Kumitir saat Gunung Anjasmoro meletus. Tentang endapan batuan pasir juga dibenarkan Miskan. Pria yang merupakan bagian dari kelompok pembuat batu bata yang menemukan talut pada 2019 itu menyebut ada lapisan pasir pada talut sisi timur. “Ada yang melekat sekitar setengah sentimeter,” ucap pria 60 tahun tersebut.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.