Tiga Pekan 6 Warga Meninggal, Satu Desa di Lamongan Darurat Covid-19

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Desa Sidodowo, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan tiba-tiba berubah lengang sejak Kamis malam (3/6). Dua portal dipasang di pintu masuk desa. Setiap warga yang keluar masuk desa diperiksa dengan ketat.

Jumat siang (4/6), kesunyian itu masih terasa. Warung-warung yang biasanya ramai, sebagian besar ditutup pemiliknya. Mayoritas rumah warga juga tampak rapat. Tak banyak kendaraan yang berlalu-lalang.

Perubahan drastis suasana desa itu menyusul pemberlakuan status darurat Covid-19 pada wilayah tersebut. Bukan tanpa alasan. Status itu menyusul lima warga desa setempat yang meninggal akibat Covid-19 sejak setelah Lebaran bulan lalu. Jumat sore (4/6), jumlah warga meninggal bertambah satu orang menjadi enam.

Dua di antara enam warga tersebut dinyatakan positif Covid-19 berdasar tes PCR. Sementara itu, kematian warga lainnya masih menunggu hasil tes. ”Kami masih terus melakukan tracing. Hasilnya tetap menunggu litbangkes,” ujar Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Lamongan Abdullah Wasi’an.

Dia menjelaskan, setelah kemunculan kasus tersebut, semua tim dari dinas diterjunkan. Hasilnya, dari tracing klinik maupun rumah sakit ada 36 dinyatakan positif. Rinciannya, 9 orang yang positif melalui tes PCR, tujuh di antaranya isolasi rumah sakit dan dua meninggal dunia.

Sedangkang dari hasil uji cepat anti gen 27 dari 36 orang tadi dinyatakan positif. Tiga orang meninggal dunia, sedangkan 23 isolasi mandiri, dan satu isolasi rumah sakit.

Dari 27 kasus positif hasil uji cepat rapid antigen, 7 orang di antaranya tracing di fasilitas pelayanan kesehatan lain. ”Untuk kasus meninggal ini dua sudah dinyatakan positif. Dua lagi tidak diketahui hasilnya karena meninggal sebelum kasus mencuat. Satu lainnya yang meninggal diketahui positif dari tes antigen,” jelasnya saat dikonfirmasi sebelum peristiwa kematian seorang warga lagi.

Wasi’an mengatakan, kasus tersebut dimasukkan klaster hajatan. Sebab, munculnya kasus tersebut ditemukan tiga hari setelah warga setempat menghadiri acara hajatan. Sesuai penuturan warga, ada delapan rombongan mengendarai minibus yang pergi menghadiri hajatan di Bojonegoro dan Sidoarjo. Setelah itu, beberapa orang mengeluh sakit. Mereka kemudian dirawat dan akhirnya meninggal dunia.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Desa Sidodowo Ali Mahrus mengatakan, sebelumnya wilayahnya itu terbilang aman. Kasus Covid sangat minim, bahkan tidak ada. Karena itu, pemerintah desa dikejutkan dengan kejadian beberapa hari terakhir.

Pemdes mengambil kebijakan dengan menerapkan PPKM mikro ketat. Termasuk, memberlakukan jam malam. Aktivitas masyarakat hanya diperbolehkan sampai pukul 19.00. Warga diminta tidak keluar desa untuk kepentingan apa pun. ”Kalau tidak mendesak sebaiknya jangan, kalaupun mau keluar harus seizin minimal RT,” terangnya.

Baca Juga: Di Surabaya, Ada Bapak Kandung Cabuli Anak Sejak 2017

Ali mengatakan, pelaksanaan protokol kesehatan sudah dilakukan secara maksimal. Kejadian itu bentuk kelalaian. Dia berharap kerja sama masyarakat untuk patuh prokes dan tidak bepergian di masa pandemi ini.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.