[ad_1]
JawaPos.com – Tiongkok menandai 70 tahun penguasaan atas Tibet pada Kamis (19/8) dengan sebuah perayaan di Lhasa. Tiongkok lantas menyampaikan pesan kepada Tibet untuk menerima kekuasaan Partai Komunis.
Seperti diketahui, Tiongkok telah menguasai Tibet sejak 1951. Itu setelah Tentara Pembebasan Rakyat masuk dan mengambil kendali negara itu dalam pembebasan damai.
“Tibet hanya dapat berkembang dan makmur di bawah kepemimpinan partai dan sosialisme,” kata Wang Yang, kepala organisasi nasional yang bertanggung jawab menyatukan semua ras dan partai di bawah kepemimpinan Partai Komunis.
Perayaan yang dihadiri hampir 1.000 orang itu digelar di kaki Istana Potala yang ikonik. Istana itu menjadi salah satu tempat suci umat Buddha yang dikaitkan dengan para Dalai Lama.
Acara yang disiarkan langsung lewat televisi secara nasional itu secara mencolok menampilkan potret Presiden Tiongkok Xi Jinping setinggi empat lantai yang menjulang tinggi. Propaganda tahun 1950-an dan 1960-an biasa memajang potret Mao Zedong dalam acara pawai dan perayaan untuk mendorong kultus pribadi terhadap dirinya dan membangun kesetiaan.
Sebagian besar pemimpin setelah Mao melarang praktik semacam itu, meski di bawah presiden saat ini, potret diri Xi, orang-orang dekatnya, dan potret empat pemimpin sebelumnya dipasang secara luas di Tibet.
Para pemimpin partai dari suku Han yang ateis di Beijing juga melakukan upaya ekstra untuk menanamkan loyalitas pada masyarakat Tibet yang banyak menganut Buddha dan memandang Dalai Lama sebagai pemimpin spiritual mereka.
Tiongkok sendiri mencap Dalai Lama saat ini (diasingkan di India) sebagai separatis berbahaya. Sebagai penggantinya, Tiongkok mengakui Panchen Lama yang sekarang sebagai pemimpin agama tertinggi di Tibet.
Sebagai simbol kekuasaan partai atas Buddhisme Tibet, Wang menghadiahkan plakat peringatan kepada Panchen Lama di acara itu.
[ad_2]
Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!