Ahli Vaksin: Suntikan Dosis Kedua Sinovac Usai 28 Hari Lebih Baik

oleh
oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Vaksinasi dosis kedua vaksin Covid-19 untuk orang dewasa dengan vaksin Sinovac kini diberikan alternatif. Mereka bisa disuntik dengan rentang waktu 28 hari untuk dosis kedua. Sama seperti lansia.

Menanggapi perubahan rentang waktu pemberian dosis vaksin Covid-19, Ahli Vaksin dan juga Ketua Komisi Nasional KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi), Prof Hindra Irawan Satari mengatakan, vaksin Covid-19 merupakan vaksin baru. Banyak yang harus dilewati, seperti penelitian dari uji laboratorium, uji praklinis, hingga uji klinis. Dari hasil studi vaksin diberikan dalam dua dosis dengan rentang waktu 14 hari.

“Kemudian dicoba dengan rentang waktu regular 28 hari, ternyata lebih baik. Maka direkomendasikan jadi 28 hari rentangnya,” ujar Hinki, nama panggilan akrab Hindra Irawan.

Dalam edaran Kemenkes yang ditandatangani oleh Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, dr. Maxi Rein Rondonuwu disebutkan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 telah dilaksanakan sejak tanggal 13 Januari 2021 dengan target sasaran 181,5 juta orang. Pelaksanaan dilakukan secara bertahap dan direncanakan dapat selesai dalam waktu 300 hari.

“Untuk itu perlu dilakukan pelaksanaan vaksinasi yang menggunakan vaksin sinovac baik single-dose maupun multi-dose dengan memperhatikan beberapa hal,” katanya.

Penambahan alternatif interval penyuntikan dosis pertama dan kedua yaitu 28 hari untuk populasi dewasa (18-59 tahun). Alternatif ini dapat dipilih dalam pelaksanaan kegiatan vaksinasi yang menyasar populasi dewasa maupun lansia secara bersamaan. Lalu vaksin Covid-19 harus digunakan secepatnya karena memiliki masa pakai yang pendek yaitu 6 bulan sejak tanggal produksi. Dibutuhkan monitoring ketat pemakaian vaksin dalam rangka mencegah pemborosan vaksin.

Optimalisasi indeks pemakaian vaksin dengan tetap menjaga mutu kualitas vaksin. Vaksin Covid-19 produksi PT. Biofarma dapat dioptimalkan penggunaannya sampai 11 dosis @0,5 ml, sesuai dengan surat Biofarma nomor SD-023.12/DIR/III/2012 tanggal 12 Maret 2021 perihal. Penjelasan volume vaksin.

Ketua Terpilih Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Moh. Adib Khumaidi menilai penyuntikan dosis pertama vaksin belum terjadi pembentukan antibodi, melainkan baru pengenalan terhadap protein virus SARS-CoV2, penyebab Covid-19. Itu terjadi antara suntikan pertama hingga hari ke-18.

“Semua pembentukan antibodi baru terjadi setelah suntikan kedua,” ujarnya.

Ini salah satu pertimbangan penambahan alternatif rentang itu. Perubahan itu tentu membawa dampak pada kesiapan pemerintah dalam mendistribusikan vaksin-vaksin tersebut.

Baca juga: Kabar Baik, Vaksin Sinovac Diklaim Aman Untuk Anak-anak

Pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan bisa langsung menyesuaikan surat edaran tersebut. Rentang itu bisa dimanfaatkan untuk menjangkau lebih luas warga yang mendapat suntikan pertama vaksin Covid-19 menjadi lebih banyak Dengan demikian vaksinasi bisa diekskalasi dan dipercepat.

Dorong Percepatan Vaksinasi

Mengenai percepatan tersebut, Adib menyebut ada beberapa faktor yang menentukan, antara lain, sumber daya manusia dengan melibatkan vaksinator dari fasilitas kesehatan tingkat primer hingga rumah sakit, ketersediaan vaksin, distribusi, dan kemudahan akses mendapatkan vaksinasi. “Juga sosialisasi dan kordinasi lintas sektor dan keterlibatan masyarakat di tingkat RT, RW sampai Kelurahan. IDI ikut terlibat dalam penyediaan tenaga kesehatan,” katanya.

Yang juga tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan vaksin dan distribusi. “Oleh karena itu upaya percepataan cakupan imunisasi untuk mencapai 70 persen populasi dalam herd immunity harus diupayakan maksimal. Kebutuhan dosis vaksin dalam jumlah banyak perlu diupayakan oleh pemerintah. Tentu dengan tetap mengedepankan efikasi, safety dan imunogenitas,” jelas Adib yang kini menjadi salah satu anggota Tim Advokasi Vaksinasi Covid-19 PB IDI.

Adib yakin bahwa PT Bio Farma sanggup memenuhi kebutuhan vaksin dari masyarakat dan mendistribusikannya. Bio Farma sudah mempunyai pengalaman dalam pembuatan vaksin khusus, termasuk vaksin dengan platform inactivated virus.

“Dukungan produksi vaksin dari pemerintah perlu diberikan kepada Bio Farma,” tuturnya.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tentang Penulis: admin

Gambar Gravatar
Website media INFOMURNI merupakan website resmi yang berbadan hukum, Berisikan berbagai informasi untuk publik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.