Dirjen Dikti Sebut Rencana Kuliah Tatap Muka Masih Maju Mundur

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Sama halnya sekolah, proses kuliah tatap muka sedianya dimulai kembali di awal tahun akademik 2021-2022 pada Agustus nanti. Tetapi di tengah pandemi Covid-19 yang masih tinggi, rencana ini masih belum bisa dipastikan.

’’(Kuliah tatap muka, Red) masih maju mundur,’’ kata Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbudristek Nizam saat dihubungi Selasa (29/6). Guru besar UGM Jogjakarta itu mengatakan kasus Covid-19 saat ini mengkhawatirkan. Dia berharap semoga proses vaksinasi Covid-19 bisa berjalan maksimal.

Khususnya vaksinasi untuk para dosen, guru, atau tenaga kependidikan lainnya. Dengan vaksinasi yang maksimal, potensi penularan Covid-19 bisa ditekan serendah mungkin. Nizam mengatakan pada intinya kampus disiagakan untuk bisa menjalankan perkuliahan dengan moda hybrid. Yaitu gabungan antara tatap muka dengan pendidikan jarak jauh (PJJ). Sambil menunggu perkembangan kasus Covid-19 di tanah air.

Sampai saat ini sejumlah kampus masih terdampak pandemi Covid-19. Sehingga mereka belum bisa menjalankan perkuliahan tatap muka. Khususnya kampus-kampus yang ada di wilayah zona penularan Covid-19 tinggi seperti DKI Jakarta. Salah satu kampus yang merasakan dampak pandemi Covid-19 adalah Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Dekan Fakultas Seni Rupa IKJ Anindyo Widito mengatakan, pandemi Covid-19 telah membawa sebuah revolusi peradaban. “Dua tahun Covid-19 diumumkan sebagai pandemi global, terdapat perubahan yang sangat signifikan dalam setiap gerak kehidupan manusia,” katanya.

Perubahan signifikan tersebut juga terjadi dalam kampus di IKJ. Roda aktivitas dan kreativitas di kampus seakan melambat. “Tidak lagi terdengar suara-suara dari segala penjuru, baik di luar maupun dalam ruangan,” jelas Anindyo. Kemudian suara bising memekakkan telinga dari teriakan-teriakan mahasiswa teater yang sedang berlatih vokal tidak terdengar lagi. Begitupun alunan musik perkusi yang lembut dari mahasiswa Musik tak lagi mengusik telinga.

Anindyo kemudian mengatakan keheningan menggantikan suara-suara mesin pemotong kayu dari mahasiswa Kriya Kayu. Gesekan pemutar keramik dan suara-suara khas lainnya juga tak terdengar di lingkungan kampus. Dia juga sudah tidak lagi melihat suasana mahasiswa menyandang tabung, membawa kanvas, kamera, atau alat musik. Baginya pandemi ini telah mengubah segalanya.

“Lantas apakah kawah Candradimuka tempat seniman digembleng sebelum berkiprah di tingkat nasional maupun internasional itu sekarang telah mati? Jawabannya tidak,” katanya. Bagi dia yang terjadi sekarang layaknya hukum Archimedes. Kreativitas akan mencari jalannya sendiri untuk tetap hidup dan berkembang.

Adanya pandemi dengan pembatasan sosial telah membuka ruang-ruang baru yang dapat dieksplorasi tanpa batas. Terbukanya ruang-ruang dan ekosistem baru melahirkan diskursus, pemikiran, dan proses kreatif yang baru. Penjelajahan tak terbatas di ruang virtual memungkinkan adaptasi yang baik dengan program pemerintah. Yaitu Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). “Jauh sebelum program MBKM diluncurkan, IKJ sudah melakukan pembelajaran lintas Program Studi dan Fakultas,” tandasnya.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.