Jalur Rempah, Jalan Veteran sampai Pahlawan Didaftarkan ke UNESCO

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Kota Surabaya memiliki banyak kawasan dengan nilai sejarah yang dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Salah satunya, wilayah yang terbentang mulai dari Jalan Veteran hingga Jalan Pahlawan sampai Gemblongan. Kawasan perniagaan tersebut dijuluki sebagai Pasar Besar.

Pegiat sejarah dari komunitas Begandring Soerabaia Kuncarsono Prasetyo mengatakan, kawasan tersebut digadang-gadang dapat menjadi kawasan yang bermanfaat bagi masyarakat Surabaya jika dikelola dengan baik. Karena itu, kawasan tersebut menjadi jujugan Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, Selasa (6/4).

Rombongan Dirjen kebudayaan, Pemkot Surabaya, dan berbagai pegiat sejarah berjalan kaki dari kawasan Kembang Jepun, melintasi Jembatan Merah, Jalan Veteran, hingga Tugu Pahlawan di Jalan Pahlawan. Menurut Kuncar, kawasan tersebut telah didaftarkan Kemendikbud sebagai salah satu warisan dunia kepada UNESCO. Usulan sudah didaftarkan ke salah satu badan PBB tersebut sejak akhir tahun lalu.

”Iya, didaftarkan sebagai kawasan dagang yang dulunya juga sebagai jalur rempah. Di Jawa itu ya hanya di Surabaya,” kata Kuncar kemarin (6/4). Dia mengungkapkan, rombongan dari pemerintah pusat tersebut tertegun ketika melintasi Jembatan Merah. Kata dia, bukan karena takjub. Tapi, menyayangkan kawasan itu kurang terawat.

Terlebih, ketika rombongan melintas di depan gedung singa yang saat ini kondisinya kurang terawat. Menurut Kuncar, situasi tersebut adalah realitas. Banyak bangunan lawas di Surabaya Utara yang tidak dikelola secara maksimal.

”Apalagi pas berhenti di depan PTPN X ya. Itu ada tangga dermaga yang batu batanya ada sejak zaman VOC. masih bagus, tapi nggak terawat,” jelasnya.

Kuncar mengungkapkan, selama jalan kaki tersebut, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid tidak banyak berbicara. Namun, dia menyinggung soal upaya penyelamatan dan pemanfaatan.

Kedua upaya, lanjut Kuncar merupakan upaya yang penting dilakukan pemerintah daerah. Dia mengungkapkan, Kota Semarang pada 10–15 tahun yang lalu dapat disebut sama dengan Surabaya. Minim upaya penyelamatan dan pemanfaatan bekas bangunan kolonoial yang menjadi cagar budaya.

”Tapi, sekarang Semarang jauh lebih maju. Kota tuanya bermanfaat secara ekonomi, sosial, dan budaya,” ungkapnya. Kemajuan tersebut didukung dengan pengelolaan kawasan melalui regulasi yang menyeluruh. Dengan regulasi khusus itu, semua pengelola bangunan cagar budaya (BCB), baik BUMN maupun swasta, turut serta dalam pengelolaan kawasan.

Baca Juga: Baru Mulai Vaksinasi Lansia dengan Sinovac, Tiongkok Disebut Main Aman

”Harusnya Surabaya sudah bisa melakukan itu. Ya misalnya jalur rempah itu. Hanya Surabaya di Jawa ini,” jelasnya. Dia berharap, kunjungan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut dapat mendukung upaya pengelolaan kawasan bersejarah menjadi lebih bermanfaat.

Saksikan video menarik berikut ini:

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.