Latber Pasar Pahing yang Penuh Tantangan

oleh

[ad_1]

Masuk ke gantangan Pasar Pahing, burung harus siap fisik dan mental. Jangan sampai burung malah kaku dan terdiam. Performa menjadi penentu di partai neraka.

SAHUT-SAHUTAN sorak-sorai penonton. Ditambah tepukan tangan, petikan jari tak pernah diam. Membuat suasana siang di halaman Pasar Pahing pecah. Ditambah lalu-lalang kendaraan yang terdengar sampai lokasi itu. Deru mesin dan klakson menambah suasana semakin semarak.

Suara pekikan burung murai batu bersahutan. Tapi, ada juga yang diam. Hanya geleng-geleng di atas tangkringannya. Pemilik hanya bisa pasrah melihat burung yang lesu dan tidak mau bersiul.

Latber di Pasar Pahing itu memang istimewa. Lokasi gantangan tidak seperti tempat kebanyakan. Lokasinya dekat jalan raya. Hanya terpaut 20 meter.

Kemudian, posisi gantangan sangat rendah. Naik kursi pendek, tangan sudah bisa meraih sangkar yang digantung. Belum lagi riuh penonton yang acap kali bersahut-sahutan. Bising dan campur aduk jadi satu.

Namun, itu menjadi tantangan tersendiri bagi para pemilik burung. Mereka harus menyiapkan mental jagoannya kuat-kuat. Atau pulang dalam keadaan burung sudah stres.

’’Kalau lolos dari latber partai neraka ini, dijamin di mana pun gantangannya, pasti mentalnya kuat. Di sini ibaratnya barometer bagi gantangan-gantangan lain. Banyak yang jadi faktor penguji mental burung,’’ ujar Koordinator Latber Pasar Pahing Choirul Rozikin.

Dia mengatakan, latber itu merupakan latber tertua di Surabaya. Berdiri sejak 1991. Lokasi tersebut menjadi acuan para pemilik burung untuk mengetes kemampuan kicau dan mental peliharaannya.

Saat itu lokasi tersebut hanya menjadi ajang berkumpul bagi sesama kicau mania. Tidak ada sistem juri. Murni latber saja. Berbagi ilmu satu sama lain.

’’Sambil sharing, gimana cara perawatan dan suaranya keluar. Dulu tidak banyak dan jenis burungnya tidak ada batasan. Siapa pun boleh datang,’’ katanya.

Seiring berjalannya waktu, penggemar kicau makin banyak. Butuh wadah dengan kemampuan orang yang bisa menilai mana burung bagus. Akhirnya muncul Latber Pasar Pahing.

Bukan hanya untuk burung. Latber itu juga merupakan kawah candradimuka para calon juri. Banyak juri kontes yang lahir dari gantangan pasar itu.

Juga burung-burung yang sudah menggondol berbagai gelar. Mulai yang harga jutaan hingga ratusan juta. ’’Jangan bawa burung ke kontes yang besar kalau belum dites di sini. Kalau sudah menjadi alumni Latber Pasar Pahing, dijamin di luaran juga gampang naik panggung,’’ ujar Choirul.

Kini ada tiga jenis burung yang masuk kategori latber. Yakni, lovebird, murai batu, dan cucak ijo. Masing-masing masih dibagi beberapa kelas.

Latihan digelar dua kali dalam sepekan. Rabu dan Sabtu. Biasanya dimulai pukul 14.00 sampai 17.00.

’’Pada hari tertentu juga ada latihan prestasi. Nah, ini dilombakan. Ada hadiah besar juga. Latihan Rabu digelar tiap bulan pada minggu pertama. Kemudian, latihan Sabtu digelar pada minggu ketiga,’’ jelasnya.

Pesertanya berasal dari berbagai elemen. Juga, daerah asal. Mulai Surabaya, Gresik, hingga Sidoarjo.

Salah satu yang sering melatih mental burungnya di sana adalah Ari Nawang. Murai batu miliknya tidak pernah absen bertengger di urutan I–III. Selalu punya gelar hingga harga burung kesayangannya ditawar Rp 75 juta.

’’Nggak saya kasih, nunggu ada yang nawar Rp 100 juta,’’ ujarnya santai.

Dia menyebutkan, latber di Pasar Pahing memang berbeda. Burung bisa lebih beradaptasi jika bertanding di luar Pasar Pahing.

’’Di sini burung sudah terbiasa dengan suasana yang ekstrem. Mentalnya batu. Tahan tekanan seperti suara atau riuh seperti ini,’’ ujar warga Rungkut Tengah itu.

Baca Juga: Bandingkan dengan Sinovac, Ahli Hongkong Puji Vaksin Pfizer-BioNTech

Penghobi kicau lain Ali Taufan juga rutin membawa cucak ijo kebanggaannya unjuk gigi di sana. Menang-kalah tidak jadi masalah. Bagi dia, membiasakan burung di lingkungan keras memang tujuan utamanya.

’’Dapat posisi ketiga. Tiap Rabu saya bawa ke sini sebagai latihan biar enak ngekek-nya. Siap-siap juga untuk gantangan di tempat lain. Loloslah jadi alumni Pasar Pahing,’’ ujar warga Semolowaru itu.

Saksikan video menarik berikut ini:

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.