Mereka Menggagas Sekaligus Menggerakkan Bunda PAUD Surabaya

oleh

[ad_1]

Empat orang ini mengambil peran cukup vital dalam pengembangan pos PAUD terpadu (PPT) di Kota Pahlawan. Mereka adalah Dyah Katarina, Mutmainnah alias Iin, Sumartini alias Tini, dan Wihartuti. Ratusan bunda PAUD berhasil mendapat gelar sarjana berkat kerja keras mereka.

ARIF ADI WIJAYA, Surabaya

GERIMIS mengguyur kantor DPRD Kota Surabaya kemarin (4/3). Namun, suara rintik hujan tidak mampu mengalahkan riuhnya ruangan anggota Fraksi PDI Perjuangan Dyah Katarina. Tiga perempuan paro baya terlihat begitu asyik mengobrol bersama Dyah.

Tiga orang itu adalah Wihartuti, Iin, dan Tini. Dyah menjabat ketua paguyuban. Wihartuti adalah wakil ketua bunda pos PAUD terpadu. Iin bendahara dan Tini sebagai sekretaris. Mereka sedang mendiskusikan regulasi tentang tugas-tugas pengajar di pos PAUD terpadu.

Terbentuknya pos PAUD terpadu hingga berkembang seperti saat ini tidak terlepas dari peran empat orang tersebut. Saat masih menjadi ketua tim penggerak PKK Kota Surabaya, Dyah mendapat arahan dari kementerian terkait untuk mengembangkan pendidikan anak usia dini.

Sasarannya anak berusia di bawah 6 tahun. Istri mantan Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono itu langsung membentuk pos PAUD terpadu. Sarana yang dipakai adalah balai RW. Sebab, balai RW berada di kampung-kampung. Lebih dekat dengan masyarakat dan bisa menyasar anak-anak di sana.

Saat itu, pada 2004, ibu tiga anak yang masih berstatus istri wali kota tersebut mengumpulkan para camat. Semuanya diminta membuka pos PAUD terpadu di tingkat kecamatan. Meski belum maksimal, program awal itu berjalan.

Pada 2005, Dyah kembali mengumpulkan para pejabat pemerintah di level paling bawah. Kali ini giliran lurah. Mereka diminta membentuk pos PAUD terpadu di tingkat kelurahan. Dalam waktu setahun, 154 pos PAUD terpadu berhasil terbentuk. Para kader posyandu menjadi pengajarnya.

Pada 2006, Dyah bekerja sama dengan salah satu tempat hiburan rumah salju di Surabaya. Pemilik tempat bermain anak itu diminta membantu promosi. Pada tahun berikutnya, giliran pusat perbelanjaan yang diajak kerja sama. Tujuannya sama. Membantu mempromosikan pos PAUD terpadu.

Pada 2008, Dyah mengajak tiga rekannya untuk berjuang bersama. Mereka bertekad pos PAUD terpadu harus ada di seluruh RW di Kota Pahlawan. Mereka pun berkeliling. Sosialisasi pembentukan pos PAUD terpadu. Dari satu RW ke RW yang lain. Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 800 pos PAUD yang terbentuk.

Para pengajar di pos PAUD terpadu merupakan kader posyandu. Kebanyakan ibu-ibu berusia paro baya. Ada pula yang sudah tua. Saat itu, mereka rata-rata hanya lulusan SMA sederajat. ’’Tapi, mereka ini adalah aset dan harus memiliki kompetensi lebih,” kata Dyah.

Dyah bersama tiga rekannya mencari ’’gandengan”. Mereka butuh perguruan tinggi yang bisa diajak kerja sama. Pada 2013, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menawarkan diri. Akhirnya, kerja sama terjalin. Antara paguyuban bunda pos PAUD terpadu dan Unusa.

Saking banyaknya pendaftar, pihak kampus sampai kewalahan menyeleksi berkas administrasi para calon mahasiswa. Akhirnya, seleksi berkas dilakukan oleh Dyah. Rumahnya di daerah Pagesangan, Kecamatan Gayungan, sampai penuh berkas pendaftaran. Menumpuk. Meja dan kursi ruang tamu penuh.

Satu per satu berkas pendaftaran dikirim ke kampung. Para bunda PAUD yang selama ini mengabdi tanpa gaji akhirnya bisa merasakan pendidikan tinggi. ’’Karena sesuai aturan, pengajar di PAUD harus S-1,” katanya.

Nah, dalam kerja sama tersebut, Dyah mengaku mendapat tiga keringanan. Yakni, keringanan biaya, jam kuliah, dan umur mahasiswa. ’’Iya, kan peserta didiknya ada yang sudah umur (tua, Red). Paling tua usianya 70 tahun,” kata perempuan kelahiran 1968 itu.

Salah seorang peserta didik paling tua adalah Maria Lidwina Endang Suwarni. Dia mendapat gelar sarjana pada usia 70 tahun. Tepatnya September 2019, dia diwisuda sebagai sarjana pendidikan anak usia dini.

Nah, ketika tiba waktunya kuliah kerja nyata (KKN), Dyah meminta para bunda yang sedang menjalani studi untuk melakukan pengabdian masyarakat di daerah lain. Bukan di daerah tempat asalnya. Tujuannya, ada transfer ilmu dari bunda PAUD yang sedang kuliah kepada bunda PAUD yang masih menunggu giliran.

Hingga saat ini, program tersebut masih berjalan. Sudah ratusan orang yang diwisuda dan bergelar sarjana. Dyah menilai peran para bunda PAUD sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Sebab, masa keemasan anak berada di usia 0–5 tahun. Karena itu, kualitas pengajar harus benar-benar diperhatikan.

Bagaimana kegiatan belajar-mengajar para bunda PAUD selama pandemi ini? Iin mengaku tidak ada masalah selama menjalani pembelajaran daring (dalam jaringan). Justru para bunda PAUD tetap bersemangat meski harus jemput bola ke rumah para siswa.

Warga Wonocolo tersebut mengatakan, mengabdi sebagai bunda PAUD merupakan panggilan hati. Yang dicari bukan gaji. Karena itu, orang-orang yang mau menjadi pengajar di pos PAUD terpadu merupakan orang-orang yang memang ikhlas mengabdi.

Wihartuti mengakui, menjadi bunda PAUD memang tidak mudah. Harus telaten mengurus dan mendidik anak-anak. Harus ikhlas dalam menghadapi tingkah anak-anak. ’’Saya memang tertarik karena terbiasa mengadakan kegiatan sosial,” kata advokat salah satu lembaga bantuan hukum (LBH) itu.

Tini punya alasan lain. Pegawai di salah satu kantor berita milik pemerintah itu mengaku ingin mengembangkan kualitas masyarakat di kampungnya di daerah Simo Tambakan. Dia mengaku setelah kader-kader posyandu mengenyam pendidikan tinggi, banyak perubahan yang terjadi. ’’Sebagian sudah direkrut untuk mengajar di TK (taman kanak-kanak, Red),” tuturnya.

Baca Juga: Pakar Statistika ITS, Kresnayana Yahya Meninggal Dunia

Saat ini paguyuban bunda pos PAUD terpadu sedang memperjuangkan regulasi yang mengatur tugas para pengajar. Sebab, saat ini program PAUD masih di bawah naungan dinas pendidikan. Standar kerja para pengajar disamakan dengan guru. ’’Padahal, notabene mereka ini bukan guru. Tetapi, lebih pada pengasuh. Jadi, kami berusaha agar PAUD ini nanti bisa berada di bawah naungan DP5A,” jelas Dyah. 

Saksikan video menarik berikut ini:

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.