Nadiem Yakini Masalah Industri Bisa Diselesaikan Lewat Matching Fund

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Merdeka Belajar Episode ke-11 Kampus Merdeka Vokasi memiliki dua fokus utama. Salah satunya Matching Fund Vokasi untuk bisa menyelesaikan permasalahan industri.

“Di vokasi pun kita ingin menginginkan memberikan insentif untuk industri berpartisipasi dalam bentuk uang ataupun dalam bentuk barang untuk perguruan tinggi vokasi kita dan Politeknik kita,” jelas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim dalam peluncuran Merdeka Belajar 11: Kampus Merdeka Vokasi secara daring, Selasa (25/5).

Saat ini, masalah yang dihadapi adalah riset terapan di pendidikan tinggi vokasi belum semua berorientasi pada pasar, banyak yang tidak ada potensi hilirisasinya. Bahkan, banyak yang lebih sifatnya kepada akademis dan publishing paper saja, padahal ini adalah perguruan tinggi vokasi dan Politeknik.

“Jadi itu tidak masuk akal, kenapa hasilnya itu semuanya outputnya paper harusnya outputnya adalah inovasi dan terapan di lapangan. Jadi apa perubahan yang ingin kita lakukan, dengan adanya menyimpan ini harapannya bahwa riset di pendidikan tinggi vokasi ini orientasinya full terhadap kebutuhan di pasar dan industri, sehingga hasil riset itu punya potensi terhilirisasi, itu adalah golnya daripada riset terapan di perguruan tinggi vokasi,” ujarnya.

Lalu, masalah lainnya yang dihadapi adalah masih belum banyak kerjasama pendidikan vokasi dengan dunia kerja yang dapat menghasilkan produk-produk yang dapat dikomersialisasi. Jadi kerjasama tersebut belum menghasilkan real output.

Baca Juga: Ada Pelecehan, Hotman Laporkan Tim Asesmen TWK KPK ke Komnas Perempuan

Baca Juga: Joe Biden Tegaskan Dukungan ke Israel, Muslim AS Boikot Gedung Putih

Kita ingin meningkatkan kerjasama pendidikan vokasi dan dunia kerja dengan memberikan matching fund ini, jadi kalau mereka masukan Rp 1, nanti kita berikan Rp 1 (modal unfuk riset atau komersialisasi diganti penuh) untuk bisa mengkomersialiasikan produk ataupun melakukan riset,” ucapnya.

Penggunaan teaching factory atau laboratorium praktik pun saat ini masih belum optimal. Oleh karenanya, peningkatan ini perlu dilakukan.

“Kita ingin meningkatkan pemanfaatan teaching factory dan laboratorium praktik untuk project based learning yang dilakukannya, ini hanya bisa terjadi kalau industri mendorong penggunaan dan kolaborasi daripada mesin-me

sin tersebut, factory tersebut untuk memproduksi hal-hal yang nyata untuk memenuhi pesanan dunia kerja,” pungkas Nadiem.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.