Pandemi Covid-19 dan Lockdown Memperparah Nasib Pekerja Anak

oleh

[ad_1]

Pandemi Covid-19 memaksa anak-anak untuk dewasa lebih dini. Mereka terpaksa mengganti waktu bermainnya dengan bekerja demi membantu keluarga.

GOPAL Magar baru berusia 14 tahun. Namun, bocah lelaki asal Kathmandu, Nepal, itu harus merasakan kerasnya dunia kerja. Sejak jam 6 pagi, dia membanting tulang sebagai kuli bangunan untuk bertahan hidup dan menyokong keluarganya. Tugasnya adalah mengangkut pasir, membuat batu bata, dan mencampur beton. Per hari dia bekerja selama 12 jam.

’’Saya tidak tertarik untuk belajar saat ini karena masalah keluarga saya,’’ ujar Magar kepada The Guardian ketika ditanya terkait dengan nasib sekolahnya.

Ayah Magar adalah seorang pemabuk. Situasi kian memburuk saat pandemi melanda dan kota tempat tinggalnya menerapkan lockdown. Hilangnya pendapatan dan kuntara membuat ayah Magar uring-uringan. Dia kerap memukuli istrinya.

Magar tak tahan lagi melihat ibunya dipukuli. Suatu hari, dia melawan dan melarikan diri dari rumah. Magar memilih tinggal bersama kakak lelakinya di sisi lain kota. Di situlah dia menjadi kuli. Sebagian penghasilannya dia berikan kepada ibunya untuk membeli makanan dan membayar sewa rumah. ’’Masalah saya berkurang, tapi saya harus bekerja sangat keras,’’ terangnya.

Magar tentu bukan satu-satunya pekerja anak di dunia. Pandemi, lockdown, dan kacaunya perekonomian membuat situasi tak menentu. Sekolah ditutup, rumah tangga kehilangan pendapatan, dan terjadi kenaikan kasus kekerasan rumah tangga. Hasilnya adalah peningkatan jumlah pekerja anak. Ada yang bekerja di bidang yang berbahaya, eksploitatif. Durasi kerja yang panjang tak sebanding dengan upah yang rendah. Keselamatan kerjanya juga terabaikan.

Laporan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dan Badan Anak PBB (UNICEF) menunjukkan, selama pandemi, ada kenaikan jumlah pekerja anak untuk kali pertama dalam dua dekade. Laporan itu dibuat empat tahun sekali untuk memperingati Hari Dunia Menentang Pekerja Anak Sedunia yang jatuh setiap 12 Juni.

Pada awal 2020, ada sekitar 160 juta pekerja anak. Lebih dari separonya berusia 5–11 tahun. Angka tersebut naik 8,4 juta jika dibandingkan dengan laporan empat tahun sebelumnya. Situasi itu jelas memburuk. Sebab, pada periode 2000–2016, trennya membaik. Ada penurunan hingga 94 juta pekerja anak.

Ketika krisis Covid-19 mulai naik, hampir 1 di antara 10 anak di seluruh dunia terjebak menjadi pekerja anak. Wilayah sub-Sahara Afrika adalah yang terparah. Jika proyeksi peningkatan kemiskinan akibat pandemi benar terjadi, akan ada sembilan juta anak lagi yang terpaksa menjadi pekerja pada 2022.

’’Namun, pemodelan statistik menunjukkan bahwa jumlahnya berpotensi lima kali lebih tinggi,’’ ujar spesialis statistik UNICEF Claudia Cappa. Jika jaring pengaman sosial terimbas penghematan dan faktor lainnya, akhir tahun depan diperkirakan ada tambahan 46 juta pekerja anak.

Menilik proyeksi tersebut, ILO dan UNICEF meminta otoritas yang berwenang mengambil berbagai kebijakan untuk membantu keluarga yang jatuh miskin akibat pandemi. Kepala UNICEF Henrietta Fore menekankan bahwa krisis Covid-19 membuat situasi yang buruk menjadi lebih buruk lagi.

’’Memasuki tahun kedua penguncian global, penutupan sekolah, gangguan ekonomi, dan anggaran nasional yang menyusut, keluarga dipaksa membuat pilihan yang memilukan,’’ tegasnya seperti dikutip Agence France-Presse.

Baca Juga: Sudah Ditarik Polri, KPK Malah Tunjuk Kompol Ardian jadi Plh Dirdik

Lebih dari 60 persen pekerja anak adalah laki-laki. Terjadi peningkatan signifikan pada anak-anak usia 5–17 tahun yang bekerja di lingkungan berbahaya. Sebut saja pertambangan atau industri yang menggunakan mesin berat. Mereka bekerja lebih dari 43 jam per pekan. Ada 97 juta anak yang bekerja dengan kondisi tersebut. Kondisi itu berdampak pada kesehatan dan perkembangan anak. ’’Ini adalah waktu memperbarui komitmen dan energi untuk membalik dan memutus siklus kemiskinan serta pekerja anak,’’ tegas Kepala ILO Guy Ryder.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.