Sudah Divaksinasi Covid-19, Masih Bisakah Tertular Mutasi Virus India?

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Masyarakat diminta waspada dan selalu patuh protokol kesehatan terutama memakai masker untuk mengantisipasi penularan mutasi Covid-19 India varian Delta. Pertanyaannya saat ini, bagaimanakah efektivitas vaksin Covid-19 terhadap varian Delta dari India?

Data Kemenkes sampai 13 Juni 2021 menunjukkan sudah ada 107 varian Delta (B.1617.2) di Indonesia. Sementara varian Alfa ada 36 dan varian Beta ada 5, jadi memang varian Delta mendominasi VOC (Varian Of Concern) yang dilaporkan di Indonesia. Varian Delta memang terbukti meningkatkan penularan. Di Inggris dilaporkan ada 42.323 kasus varian Delta, naik 70 persen dari minggu sebelumnya, atau naik 29.892 kasus hanya dalam waktu satu minggu saja.

“Lalu disebut dampaknya membuat penyakit menjadi lebih berat dan parah, dan atau menyebabkan kematian. Data yang dikumpulkan WHO sampai 8 Juni 2021 menunjukkan hal ini masih belum terkonfirmasi (not confirmed), tapi memang ada laporan peningkatan harus masuk rawat inap di rumah sakit. Di sisi lain, memang ada beberapa laporan yang membahas tentang kemungkinan lebih beratnya penyakit yang ditimbulkan varian ini,” kata Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Guru Besar FKUI serta Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama.

Prof Tjandra Yoga juga menganalisis dampak varian Delta terhadap efikasi vaksin, yang data hasil penelitiannya masih terus bergulir dari waktu ke waktu. Laporan awal dari Inggris menunjukkan ada sedikit penurunaan efektifitas vaksin Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca-Vaxzevria terhadap varian Delta dibandingkan dengan varian Alfa.

Penelitian lain yang dipublikasi di Jurnal internasional ternama Lancet menemukan adanya penurunan netralisasi pada varian Delta yang diberi vaksin Pfizer, lebih tinggi dari penurunan netralisasi pada varian Alfa dan Beta. Dari berbagai data yang ada maka secara umum pemberian vaksin Pfizer dan AstraZeneca dua kali masih dapat melindungi terhadap varian Delta.

“Tetapi memang harus dua kali vaksin dan jangan hanya satu kali,” tegasnya.

Meski begitu, kata dia, para peneliti masih harus terus mengikuti perkembangan hasil penelitian untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat tentang dampak varian Delta ini pada perjalanan penyakit Covid-19 dan perkembangan pandemi. Yang dapat dilakukan sekarang adalah melakukan 3M, 3T, dan vaksinasi secara benar-benar maksimal, bukan hanya sekedar optimal.

“Sementara itu jumlah pemeriksaan whole genome sequencing juga harus terus ditingkatkan secara bermakna agar kita dapat gambaran yang lebih pasti tentang berapa besar masalah varian Delta atau mungkin varian lebih baru lagi yaitu Delta Plus atau mungkin yang lain lagi yang ada di negara kita,” tegasnya.

Hal senada diungkapkan Juru Bicara Vaksinasi Kemenkes Siti Nadia Tarmizi. Dia menegaskan data WHO menyebutkan vaksin masih bisa efektif untuk menangkal varian Delta.

“Sampai saat ini WHO masih mengatakan belum cukup bukti varian Delta menurunkan efikasi atau efektivitas vaksin. Pasti untuk proteksi harus dua kali vaksin,” tegas Nadia.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.