Kenang Awak KRI Nanggala-402, Gus Jazil: Mereka Mengorbankan Jiwa Raga

oleh

[ad_1]

JawaPos.com – Tenggelamnya KRI Nanggala-402 menjadi duka bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk menghormati dan mendoakan ke-53 prajurit TNI AL yang gugur dalam tugas, ratusan santri Pondok Pesantren Al Mizan, Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, menggelar doa bersama untuk KRI Nanggala-402.

Acara yang digelar di Aula Pertiwi itu dihadiri oleh Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid, pimpinan Pesantren Al Mizan KH. Maman Imanulhaq, serta puluhan tokoh masyarakat dan para santri yang nyantri di pesantren itu. Gus Jazil menyebut ke-53 prajurit TNI Al itu merupakan syuhada dan pahlawan.

Dalam doanya, ia memanjatkan harapan agar mereka diberi tempat yang khusus di sisi Allah SWT. “Pemerintah hendaknya juga memberi penghargaan khusus kepada mereka dengan kenaikan pangkat,” ujar pria yang akrab dipanggil Gus Jazil itu. Mereka dikatakan telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk bangsa Indonesia.

Doa bersama yang digelar selepas sholat traweh menurut Wakil Ketua Umum DPP PKB itu juga merupakan tanda untuk mengingatkan kepada pemerintah bahwa perlu dan pentingnya meningkatkan kemampuan alutsista TNI. “Kemampuan alutsista bangsa ini harus ditingkatkan dan diperbaiki,” tuturnya.

Peningkatkan alutsista menurut alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia itu sangat penting sebab saat ini seluruh bangsa di dunia sedang berada dalam pertarungan global.

Kehadiran Gus Jazil ke Pesantren Al Mizan dikatakan sebagai rangkaian Safari Ramadan. “Kegiatan dan kunjungan ke pesantren ini dalam rangka menghormati dan memuliakan Ramadan,” ujar pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu.

Di bulan puasa, dirinya mengajak kepada umat Islam untuk meningkatkan ibadah. Selama Ramadan, ia mengajak kepada ummat Islam untuk lebih meningkatkan ibadah membaca Al Qur’an.

Di hadapan para santri, Gus Jazil mengingatkan kepada semua untuk mengedepankan perkataan yang baik, kalimat thoyibah. Hal demikian ditekankan sebab saat ini di media sosial terutama, banyak orang suka mengggunakan narasi-narasi yang buruk. Dikatakan, dalam Al Qur’an disebutkan bahwa hendaknya kita menggunakan narasi-narasi yang baik. Narasi yang baik diibaratkan seperti pohon yang memberi manfaat kepada manusia.”Pohon itu tumbuh dan memberi manfaat beraneka rupa, mulai bisa merindangkan dari panas matahari, memberi kesejukan, serta batangnya bisa dimanfaatkan”, paparnya.

Di tengah hiruk pikuk perbincangan, fitnah, hoax, serta ujaran kebencian, Jazilul Fawaid mengajak kepada semua untuk menjadikan bulan Ramadan untuk intropeksi diri. “Saatnya kita mengutamakan kalimat thoyibah, mendidik, dan baik,” ujarnya.

[ad_2]

Sumber: Berita ini telah tayang di situs jawapos.com, klik link disini!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.